1.500 Penari Likurai Sukses Beraksi di Fulan Fehan Belu

Senin, 08 Oktober 2018 | 12:00 WIB
1.500 Penari Likurai Sukses Beraksi di Fulan Fehan Belu
Sebanyak 1.500 penari Likurai, beraksi di padang rumput Fulan Fehan, Sabtu (6/10/2018). (Dok: Kemenpar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebanyak 1.500 penari Likurai, beraksi di padang rumput Fulan Fehan, Sabtu (6/10/2018). Atraksi ini berpadu dengan drama musikal "Antama", yang mana belasan ribu penonton yang hadir dibuat berdecak kagum.

Tarian Likurai kolosal ditampilkan memukau. Apalagi dibalut dengan pemandangan padang rumput Fulan Fehan.

Fulan Fehan berada di Lembah Kaki Gunung Lakaan Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).

”Kami sangat bangga, seni dan budaya lokal Indonesia tidak hilang. Apalagi ini ada di tempat kami yang indah dan sangat layak untuk dinikmati wisatawan,” ujar Bupati Belu, Willybrodus Lay, Sabtu (6/10/2018).

Baca Juga: Tinjau Persiapan Festival Fulan Fehan, 1.500 Penari Sambut Menpar

Atraksi ribuan penari Likurai ini sangat luar biasa. Mereka terdiri dari dari anak-anak, remaja hingga orang tua. Sebagai koreografer, dipilih Eko ‘Pece’ Nugroho. Eko adalah salah satu sosok yang sukses dalam opening dan closing Asian Games 2018.

Para penari tampil sangat kompak. Karakter khas masyarakat NTT begitu nampak. Embusan angin dingin menepis teriknya matahari.

Sebanyak 1.500 penari Likurai, beraksi di padang rumput Fulan Fehan, Sabtu (6/10/2018). (Dok: Kemenpar)
Sebanyak 1.500 penari Likurai, beraksi di padang rumput Fulan Fehan, Sabtu (6/10/2018). (Dok: Kemenpar)

Para penari tetap bersemangat meliuk-liuk di tengah hamparan savana yang berbukit-bukit.

“Itu tentu sesuatu yang membanggakan buat kita, bahwa seni budaya NTT, khususnya tarian Likurai, masuk dalam dua agenda besar sekaligus, yakni Indonesiana dari Kemendikbud dan Top 100 Wonderful Event Kemenpar," ujar Willybrodus.

Likurai merupakan tarian perang khas masyarakat Pulau Timor, khususnya di Kabupaten Belu. Tarian ini menceritakan perjuangan masyarakat setempat mengusir penjajah di zaman penjajahan.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, menyambut baik inisiatif dari pemerintah daerah Belu, karena menjadikan Festival Likurai Timor sebagai acara lintas batas. Menurutnya, atraksi deperti ini akan menarik wisman Timor Leste masuk ke Indonesia.

“Kunci untuk menarik negara tetangga terletak pada seni dan budaya, musik dan kuliner. Festival ini sangat diminati wisman Timor Leste, karena memiliki kesamaan budaya," ujarnya.

Menpar menambahkan, masyarakat Timor Leste dapat mengajukan permohonan visa bebas untuk memasuki Indonesia. Mereka bahkan bisa menggunakan mata uang mereka sendiri untuk berbelanja di sini.

Sebanyak 1.500 penari Likurai, beraksi di padang rumput Fulan Fehan, Sabtu (6/10/2018). (Dok: Kemenpar)
Sebanyak 1.500 penari Likurai, beraksi di padang rumput Fulan Fehan, Sabtu (6/10/2018). (Dok: Kemenpar)

"Sehingga menjadi penting bagi pemerintah daerah, gubernur, wali kota dan bupati untuk berkomitmen menjaga akses, akomodasi dan ketertarikan di wilayahnya,” kata Arief.

Festival Likurai Timor menjadi daya tarik pariwisata tersendiri di border tourism. Tidak cukup dipertahankan, tetapi juga harus ditingkatkan.

"Harus terus dilestarikan. Penyajiannya juga perlu ditingkatkan. Bila koreografernya sudah level nasional, tinggal desainer dan komposernya harus level nasional. Sama halnya pariwisata, kebudayaan, semakin dilestarikan, maka semakin menyejahterakan," pungkas Arief.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI