Suara.com - Di era digital para ibu dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman agar bisa mengasuh dan mendidik anak secara tepat, karenanya Komunitas Sahabat Ibu Pintar hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut.
Upaya itu dilakukan, karena tidak ada sekolah untuk menjadi seorang ibu. Sementara para ibu dituntut mandiri menyerap segala informasi yang dapat membantunya menguasai pola asuh terbaik bagi buah hatinya.
Sayangnya di era digital seperti sekarang sulit menentukan mana informasi yang benar dan mana yang tergolong hoax.
Itu sebabnya penting bagi para ibu untuk rajin-rajin mengecek kredibilitas sumber informasi yang didapatnya. Melihat tantangan para ibu di era digital seperti sekarang, e-commerce Blibli.com meluncurkan komunitas berbasis digital Sahabat Ibu Pintar.
Baca Juga: Awas, Pola Asuh Helikopter Bikin Anak Berkelakuan Buruk
I Gusti Ayu Fadjar, Senior Vice President Marketing Blibli.com mengatakan sangat memahami pentingnya peran komunitas yang tepat bagi para ibu. Terlebih dirinya juga seorang ibu.
Untuk itulah ia berharap dengan bergabung dalam Sahabat lbu Pintar, para ibu bisa mendapatkan lingkungan yang tepat untuk terus belajar menjadi ibu terbaik bagi buah hatinya.
"Yang ingin kita kedepankan dari komunitas yang berbasis digital ini bisa merangkul ibu-ibu di sekitar kita untuk saling berbagi," ujar Gusti dalam temu media peluncuran Komunitas Sahabat Pintar beberapa waktu lalu.
Gusti mengakui bahwa komunitas digital bagi para ibu sudah banyak sekali. Namun Komunitas Sahabat Ibu Pintar, lanjut dia, berbeda dengan komunitas sejenis karena ada para ahli pengasuhan dari Rumah Dandelion yang akan memberikan informasi yang tepat bagi para ibu.
"Basicly sekarang kalau nggak ada filter semua bisa jadi bahaya karena nggak semuanya benar. Kita kerjasama dengan psikolog dari Rumah Dandelion, berarti apapun yang ada di situs kami infonya sudah tervalidasi bukan informasi yang hoax," terang Gusti merinci.
Baca Juga: Ini Tantangan Pola Asuh yang Dihadapi Orangtua Zaman Now
Ia pun berani menjamin Komunitas Sahabat Ibu Pintar sebagai one stop solution, artinya di komunitas ini para ibu tak hanya akan mendapatkan teman tapi juga informasi langsung dari para ahlinya. Sehingga Gusti berharap, komunitas ini bisa menjadi salah satu dukungan bagi para perempuan dalam menjalani perannya sebagai ibu.
Lalu adakah syarat untuk bergabung dalam komunitas ini? Gusti mengatakan memang untuk bergabung ada serangkaian formulir yang harus diisi oleh para ibu.
Peserta yang mendaftar akan diseleksi dan yang terpilih akan diberitahukan melalui email dan media sosial agar bisa mendapatkan manfaat dan mengikuti rangkaian kegiatan Sahabat Ibu Pintar.
Selain menyediakan konten informatif lewat platform online, ke depannya Komunitas Sahabat Ibu Pintar akan mengadakan rangkaian aktivitas offline seperti kolaborasi para ibu, kelas edukasi dan workshop, kunjungan bersama ibu pintar, hingga trip edukasi bersama para ibu.
"Sebenarnya seleksi ini kita bikin untuk melihat direction ibu-ibu ini ke arah mana. Kalau punya masalah jadi bisa diantisipasi. Nanti akan direspon lewat email terpilih atau enggak. Kalau untuk usia tidak ada batasan, karena usia 20 pun juga ada yang jadi ibu," urai Gusti panjang lebar.
Menyinggung mengenai manfaat yang akan dirasakan ibu saat bergabung dalam komunitas Nadya Pramesrani, M.Psi., Psi, psikolog keluarga dan pernikahan dari Rumah Dandelion mengatakan bahwa sejatinya manusia sebagai makhluk sosial secara alami pasti akan berkelompok atas dasar kedekatan secara fisik maupun kesamaan.
Interaksi yang terjadi dalam kelompok tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana belajar seseorang dalam mengatasi permasalahan sehari-hari.
"Namun karena dasarnya adalah pengalaman individu, belum tentu apa yang berhasil diterapkan oleh satu orang, berhasil juga diterapkan orang lain. Sehingga penting juga untuk melihat solusi yang didasari penelitian dari ahlinya," jelas Nadya.
Hebatnya lagi, bergabung dalam komunitas, kata Nadya, bisa menjadi cara bagi para ibu untuk menurunkan stres. Apalagi bagi mereka yang belum memiliki pengalaman sama sekali dalam mengurus buah hati.
"Misal, karena anak nggak pup tiga hari ibu-ibu pasti stres, tapi kalau pup terus-terusan dalam sehari juga stres. Jadi memang perempuan punya kebutuhan berbicara yang lebih banyak dibandingkan laki-laki untuk merilis stresnya. Kalau suami tidak bisa menampung kebutuhan kita bicara, kita harus cari cara lain. Di situlah peran komunitas dan support system dibutuhkan," jelas Nadya menutup perbincangan.
Bagaimana mom, tertarik bergabung di Komunitas Sahabat Ibu Pintar?