Tinjau Persiapan Festival Fulan Fehan, 1.500 Penari Sambut Menpar

Sabtu, 06 Oktober 2018 | 09:38 WIB
Tinjau Persiapan Festival Fulan Fehan, 1.500 Penari Sambut Menpar
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, meninjau persiapan Festival Fulan Fehan 2018, NTT. (Dok: Kemenpar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Pariwisata, Arief Yahya, meninjau persiapan Festival Fulan Fehan 2018. Festival ini berlangsung Sabtu (6/10/2018), di Puncak Fulan Fehan, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Fulan Fehan adalah lembah di kaki Gunung Lakaan yang menyuguhkan panorama sabana hijau nan luas. Lembah ini berada di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, NTT. Sekitar 26 km dari Atambua, ibukota Kabupaten Belu.

Bukit ini memiliki hamparan padang sabana luas berwarna hijau. Pemandangannya seperti di film-film negeri dongeng. Kuda-kuda bebas berkeliaran dan pohon-pohon kaktus tumbuh subur sejauh mata memandang.

Saat meninjau, menpar mendapati sekitar 1.500 penari yang sedang persiapan gladi resik. Di hadapan Arief, Bupati Belu, Willybrodus Lay, dan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT, Marius Jelamu, para penari mempertontonkan tarian Likurai yang melegenda.

Baca Juga: Menpar Dijadwalkan Hadir dalam Festival Likurai Timor 2018

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, meninjau persiapan Festival Fulan Fehan 2018, NTT. (Dok: Kemenpar)
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, meninjau persiapan Festival Fulan Fehan 2018, NTT. (Dok: Kemenpar)

"Atraksi seperti ini yang dibutuhkan untuk mendatangkan wisatawan melalui cross border. Setidaknya, NTT harus punya minimal tiga event skala nasional seperti Festival Fulan Fehan di dekat pintu-pintu masuk perbatasan," ujar menpar, Jumat (5/10/2018).

Yang lebih penting lagi, lanjut Arief, acara ini juga dinikmati oleh negara tetangga, Timor Leste. Ini menjadi daya tarik pariwisata tersendiri di wilayah border tourism.

“Kuncinya adalah seni-budaya, musik, dan kuliner untuk menggaet pasar negara tetangga. Warga Timor Leste bisa masuk ke Indonesia dengan menggunakan bebas visa kunjungan (BVK), sehingga mereka bisa menggunakan uangnya di Indonesia," ujarnya lagi.

Menurut menpar, yang tak kalah penting adalah komitmen kepala daerah, seperti gubernur, wali kota, dan bupati. Mereka harus berkomitmen untuk terus menjaga akses, amenitas, dan atraksi di daerahnya, demi terus menjaga kedatangan wisatawan.

"Harus diupayakan ada transportasi sampai ke puncak. Amenitas bisa memanfaatkan nomadic tourism. Di sini bisa dibikin glamcamp atau karavan. Tapi semua butuh keseriusan CEO daerahnya,” ujar Arief.

Baca Juga: Makassar International Eight Festival Suguhkan Keragaman Budaya

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, meninjau persiapan Festival Fulan Fehan 2018, NTT. (Dok: Kemenpar)
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, meninjau persiapan Festival Fulan Fehan 2018, NTT. (Dok: Kemenpar)

Menpar mengaku senang, event yang diprakarsai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Kementerian Pariwisata ini sudah menggunakan koreografer level nasional. Saat ini, Kemenpar menetapkan event ini sebagai 100 Wonderful Event CoE 2018.

"Ini sudah bagus, karena sudah menggunakan koreografer sekelas Eko Nugroho (Eko Pece). Tahun depan kita akan dukung lebih maksimal lagi, agar menjadi lebih istimewa lagi," tuturnya.

Menpar menambahkan, festival ini harus terus berlanjut setiap tahun. Adapun waktu pelaksanaan juga harus sudah bisa ditetapkan sejak jauh-jauh hari dan konsisten.

“Jika kalender acara sudah bisa dipastikan tanggalnya, kami pun bisa membantu mempromosikannya dengan baik dan tepat,” kata menpar.

Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani menjelaskan, Tarian Likurai adalah sebuah tarian perang khas dari masyarakat pulau Timor, khususnya di Kabupaten Belu. Tarian ini menceritakan perjuangan masyarakat setempat mengusir penjajah saat zaman penjajahan.

"Tarian Likurai merupakan tarian yang tidak akan berada di mana pun di belahan dunia. Tarian ini tentu saja menjadi tarian khas, yang merupakan warisan dan budaya leluhur dari masyarakat di daerah ini,” ujarnya, didampingi Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional III, Ricky Fauziyani.

Ia menambahkan, di balik ekspresi keindahan tari Likurai, tarian yang satu ini mengandung ceritera mistis. Dalam Bahasa Tetun Belu, Likurai berasal dari dua kata, "Haliku" dan "Rai".

Haliku berarti mengawasi, menjaga, melindungi, memelihara, mengambil, menguasai. Rai berarti tanah, Bumi, negeri atau pulau. Haliku Rai dipadupadankan menjadi Likurai.

"Boleh diartikan sebagai sebuah aksi atau tindakan mengawasi, menjaga, melindungi, memelihara dan mengambil tanah atau Bumi, entah tanah itu pada dasarnya milik kita, maupun milik orang lain," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI