"Ini sudah bagus, karena sudah menggunakan koreografer sekelas Eko Nugroho (Eko Pece). Tahun depan kita akan dukung lebih maksimal lagi, agar menjadi lebih istimewa lagi," tuturnya.
Menpar menambahkan, festival ini harus terus berlanjut setiap tahun. Adapun waktu pelaksanaan juga harus sudah bisa ditetapkan sejak jauh-jauh hari dan konsisten.
“Jika kalender acara sudah bisa dipastikan tanggalnya, kami pun bisa membantu mempromosikannya dengan baik dan tepat,” kata menpar.
Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani menjelaskan, Tarian Likurai adalah sebuah tarian perang khas dari masyarakat pulau Timor, khususnya di Kabupaten Belu. Tarian ini menceritakan perjuangan masyarakat setempat mengusir penjajah saat zaman penjajahan.
Baca Juga: Menpar Dijadwalkan Hadir dalam Festival Likurai Timor 2018
"Tarian Likurai merupakan tarian yang tidak akan berada di mana pun di belahan dunia. Tarian ini tentu saja menjadi tarian khas, yang merupakan warisan dan budaya leluhur dari masyarakat di daerah ini,” ujarnya, didampingi Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional III, Ricky Fauziyani.
Ia menambahkan, di balik ekspresi keindahan tari Likurai, tarian yang satu ini mengandung ceritera mistis. Dalam Bahasa Tetun Belu, Likurai berasal dari dua kata, "Haliku" dan "Rai".
Haliku berarti mengawasi, menjaga, melindungi, memelihara, mengambil, menguasai. Rai berarti tanah, Bumi, negeri atau pulau. Haliku Rai dipadupadankan menjadi Likurai.
"Boleh diartikan sebagai sebuah aksi atau tindakan mengawasi, menjaga, melindungi, memelihara dan mengambil tanah atau Bumi, entah tanah itu pada dasarnya milik kita, maupun milik orang lain," jelasnya.
Baca Juga: Makassar International Eight Festival Suguhkan Keragaman Budaya