Dia butuh tujuh tahun untuk menyulap Taman Nasional di Bali Barat menjadi destinasi ekowisata nasional, dan lima tahun kemudian baru menjadi kelas dunia.
Tahapannya banyak. Investasinya juga tak sedikit.
Tapi garis besarnya, tak boleh merusak alam. Benchmark-nya bisa berkaca pada Plataran L’harmonie Menjangan di Bali Barat.
Jalan masuknya mempertahankan bebatuan yang ditata tanpa aspal ataupun cor beton. Papan petunjuk jalannya pun serba berbahan kayu dan artistik.
Baca Juga: Festival Bahari Kepri Pamerkan Keindahan Laut pada Para Yachter
Bekas-bekas batu karang tidak dibuang, tidak dirusak. Semua ditata rapi di sekitar Plataran L’harmonie.
“Kepri juga bisa bikin seperti itu. Yang kita butuhkan adalah karakter investor yang passion ekowisata dan long term stamina,” paparnya.
Lantas apa yang didapat investor? Bukankah 7 tahun adalah durasi untuk membangun destinasi? Belum bicara untung?
“Yang didapat bisa banyak. Kalau berhasil, itu bisa jadi ATM. Contohnya banyak. Borobudur, Maldives, Bali, Raja Ampat. Saat sudah menjadi destinasi, bikin apa saja di destinasi dimaksud pasti laku. Kepri sangat bisa bikin ini karena ada CEO commitment yang kuat dari gubernurnya,” terangnya.
Komitmen yang dimaksud David adalah dukungan dari Pemprov Kepri. Ada dorongan pembuatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Bagi David ini terobosan besar. Impact-nya pun diyakini bakal sangat kuat.