Suara.com - Bukti peradaban masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu salah satunya tercermin dari kumpulan naskah kuno yang berusia hingga ribuan tahun. Beberapa di antaranya dihimpun oleh perpustakaan daerah dan nasional, namun ada pula yang disimpan sebagai koleksi pribadi.
Disampaikan Kepala Perpustakaan Nasional Muh Syarif Bando, kekayaan naskah Nusantara ini sangat melimpah, tersebar di hampir seluruh kepulauan di Nusantara. Naskah-naskah Nusantara ini juga tak hanya mengandung kisah-kisah sastra, tetapi melingkupi hampir semua bidang kehidupan masyarakat Indonesia mulai dari unsur keagamaan, filsafat, etika, ilmu pengetahuan, teknologi, astronomi, kemaritiman, hukum, diplomasi, hingga ekonomi.
"Naskah kuno dibuat zaman dahulu kala, pekerjaan rumah kita adalah untuk melestarikannya di kehidupan saat ini. Nilai-nilai dalam naskah Nusantara bisa menjadi sumbangan berharga untuk pendidikan karakter generasi muda. Apalagi nasib bangsa ke depan ditentukan oleh penerus bangsa ini," ujar Syarif dalam pembukaan Festival Naskah Nusantara di Perpustakaan Nasional, Senin (17/9/2018).
Ia menambahkan, kearifan-kearifan lokal seperti nilai-nilai toleransi sebagaimana tertuang dalam naskah-naskah keagamaan, misalnya, telah dipraktikkan dan diaktualisasikan masyarakat Indonesia sejak dahulu kala, dan sudah sepatutnya untuk terus dilestarikan oleh masyarakat saat ini.
Baca Juga: Richard Muljadi Tak Diizinkan Polisi Nikah di Luar Penjara
Syarif pun mengungkap bahwa minimnya ahli aksara untuk berbagai naskah kuno menjadi tantangan untuk melestarikan naskah Nusantara ini. Menurut dia baru sebagian besar naskah Nusantara dalam aksara Jawa kuno yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Sementara naskah kuno lain yang menggunakan aksara Bugis hingga Batak masih banyak yang belum dialihbahasakan.
"Dahulu kami punya filolog Bugis tapi beliau sudah tutup usia dan sekarang kami belum menemukan lagi. Sehingga ini PR atau pekerjaan rumah bagi kami untuk mengalihaksarakan naskah kuno termasuk membuat salinan agar masyarakat bisa mengetahui isi naskah kuno dan menerapkannya di era sekarang ini," tambah Syarif.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Munawar Holil menyatakan, perlunya kolaborasi dari ahli aksara dan sektor lain yang memahami konteks dari naskah kuno. Menurutnya ada beberapa naskah kuno yang berisikan khasiat dari tanaman herbal namun konteksnya akan sulit diterjemahkan oleh ahli aksara saja.
"Persoalan lain adalah memahami isi naskah kuno menjadi tantangan tersendiri. Jadi ketika bahasanya sudah diterjemahkan akan tetapi orang sastra menelaah kajian kesehatan itu susah juga. Jadi perlu kolaborasi dari ahli aksara itu sendiri dan ahli lain yang sesuai konteks sehingga bisa menerjemahkan isinya secara komprehensif," tandas dia.
Baca Juga: Golkar Akan Coret Tersangka Korupsi Gempa Lombok dari Bacaleg