Suara.com - Tak jauh dari lokasi pemantauan Gunung Merapi yang terletak di Pangukrejo terdapat sebuah sekolah yang dahulu merupakan Sekolah Dasar Negeri Pangukrejo. Sayangnya, tak lagi bisa digunakan karena dampak erupsi Gunung Merapi 2010.
Seiring berjalannya waktu, pada Desember tahun 2015 sekolah itu dihidupkan kembali. Namun konsep yang digunakan tidak lagi mengikuti sistem pemerintah. Namanya pun berganti menjadi Sekolah Gunung Merapi (SGM).
Seorang perempuan berparas blasteran Indonesia dan Inggris keluar dari dalam Sekolah Gunung Merapi. Namanya Yasmin Winnett, kelahiran Jakarta, 1988. Hidupnya dihabiskan di Inggris, dan kuliah jurusan kajian Sastra Indonesia dan Geografi di Universitas School of Oriental African Studies (SOAS), London.
Pada 2010 ia mendapatkan program belajar di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Di waktu yang bersamaan terjadilah erupsi Gunung Merapi.
Baca Juga: The Minions Menang, 5 Ganda Putra Indonesia ke Babak Kedua
Pada 2015 ia kembali ke Indonesia, membuat sebuah sekolah yang bisa digunakan anak-anak di lereng Gunung Merapi untuk belajar serta membantu masyarakat agar bisa memulihkan perekonomian mereka kembali, dinamai Sekolah Gunung Merapi.
“Pada awal bencana banyak sekali bantuan, para donatur semangat sekali membantu, akan tetapi beberapa bulan setelah erupsi sudah jarang ada bantuan, satu sisi warga masih krisis karena tidak banyak yang bantu. Setelah tidak ditetapkan lagi sebagai bencana darurat, ternyata banyak hal yang bisa dikerjakan, termasuk membuat sekolah itu,’’ tutur Yasmin.
Ia mengungkapkan kondisi di Gunung Merapi berbeda dengan sekolah yang lain. Dirinya tidak ingin membuat sebuah konsep pendidikan yang sama seperti daerah perkotaan pada umumnya atau mengikuti pola pendidikan pemerintah Indonesia. Pertimbangannya bukan karena tidak menghargai pemerintah, melainkan karena secara geogarfis dan kultur serta mekanisme yang diinginkan Yasmin berbeda.
“Anak-anak harus siap untuk menyongsong masa depan, selain itu mereka juga harus bisa beradaptasi dengan cepat usai bencana itu terjadi lagi. Apa yang kami berikan melalui kegiatan di sini untuk menyiapkan anak-anak agar masa depan mereka ceria. Saya berharap mereka membuat kreativitas, mampu berbahasa inggris, bisa menggunakan komputer dari semua itu tujuannya supaya mereka membuat usahanya sendiri dengan membuat sesuatu yang menarik dan konsep baru,’’ ujarnya.
Ada empat konsep yang diusungnya dalam menerapkan pendidikan bagi anak-anak dan masyarakat yaitu Mitigasi, Toleransi, Ekologi dan Nutrisi.
Baca Juga: Polisi: Pimpinan FBR dan PP Janji Serahkan Pelaku Tawuran
“Konsep yang kami usung tidak jauh tidak jauh melepaskan kearifan lokal dan letak geografis di Gunung Merapi, sisi Pariwisata, Ekologi, Mitigasi dan Toleransi serta hidup dengan makanan yang sehat menjadi konsep dasar pendidikan ini,’’ ungkap Yasmin.