Suara.com - Pesona wisata bahari Indonesia adalah Surga buat wisatawan. Semuanya tersaji lengkap, termasuk bagi pecinta olahraga selancar alias surfing.
Indonesia memiliki banyak spot yang bikin surfer mancanegara tertarik untuk datang.
Pantai-pantai di Indonesia yang memiliki ombak menantang, antara lain Mentawai, Sorake Nias, Krui Lampung, Simelue Aceh, Sengkokang Sumbawa Barat. Pantai Keramas Bali sudah masuk dalam seri kejuaraan dunia surfing.
Untuk membuat potensi tersebut semakin terangkat, sejak 2017, Kementerian Pariwisata meggandeng World Surfing League (WSL) dan Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI), agar kejuaraan internasional surfing di Indonesia semakin semarak.
Baca Juga: Aksi Surfing di Nias Pro 2018 Ditonton 40 Negara di Dunia
Selain itu, penyenggelaran kejuaraan dapat memberikan dampak ekonomi yang luar biasa.
Contohnya di Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Di sana, masyarakat sudah sadar dan melakukan beragam usaha, baik penginapan, restoran, guest house, dan lainnya.
Hal ini merupakan dampak dari semakin banyaknya surfer mancanegara yang hadir di Pesisir Barat.
“Setelah gelaran lomba selesai di Krui, tingkat keterisian homestay naik 50 persen sampai 70 persen. Dampaknya ke masyarakat juga terasa. Masyarakat dan nelayan-nelayan kini sudah menjual hasil tangkapannya ke restoran setempat. Para surfer itu rata-rata mengeluarkan 50 USD per hari, dengan lama tinggalnya minimal satu minggu,” ujar Perwakilan WSL Indonesia, Tipi Jabrik di Sumbawa Barat, Senin (9/10/2018).
Indonesia dinilai tepat bila dijadikan destinasi utama para surfer mancanegara, karena Indonesia memiliki ombak yang konsisten dari Aceh hingga Papua. Bahkan di Sumbawa Barat sendiri, ombaknya sudah terkenal sejak tahun 90-an oleh wisatawan mancanegara.
Baca Juga: Sebentar Lagi, Mentawai Jadi Pusat Surfing Internasional
“Kalau wonderful Indonesia berkibar di dunia dengan pariwisatanya, maka ada ‘number one surfing destination in the world’. Indonesia memiliki lautan yang paling konsisten menghasilkan ombak, namun itu belum digarap secara serius. Saya harap semua stakeholder mensuport itu,” ujarnya.
Tipi Jabrik yang dikenal sebagai surfer profesional, mengatakan, saat ini, peminat surfing ke Indonesia itu sangat besar. Selain Australia, yang paling baru adalah wisatawan asal China.
Saat gelaran event surfing lokal di sana, penontonnya mencapai 20 juta orang. Pasar China dinilai sangat potensial untuk di datangkan.
“China jadi salah negara terkuat untuk olahraga. Apalagi surfing saat ini dilombakan di Olimpiade. Setiap olahraga yang mereka bisa terlibat, akan dikembangkan secara serius, termasuk di pantai China. Mereka membuat tujan wisata surfing seperti di Pulau Hainan, Hangzou, Shezhen, ada ombaknya. Kebetulan Indonesia memiliki ombak paling bagus di dunia. Saat off season mereka datang ke Indonesia,” katanya.
Sekretaris Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Kementerian Pariwisata, Ratna Suranti menambahkan, potensi ini memang baru dikembangkan sejak 2017. Kejuaraan dunia surfing yang bekerja sama dengan WSL, 80 persen pesertanya adalah wisatawan mancanegara.
Setiap kejuaraan selalu disiarkan di website www.worldsurfleague.com atau bisa diunduh dengan aplikasi baik di android ataupun Ios WSL.
“Olahraga surfing ini memiliki media value yang tinggi, seperti di West Sumbawa Pro AMNT 2018. Pada pelaksanaan hari pertama saja, event inisudah disaksikan sekitar 10 ribu viewer dari seluruh dunia. Mereka bisa lebih real melihat ombak di Sengkongkang dan diharapkan, saat event, mereka bisa datang dengan keluarga dan teman-teman,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pemasaran Area II Regional III Kemenpar, Hendry Noviardi mengatakan, surfing dapat memacu semangat Pemprov NTB, Pemerintah Kabupaten dan industri pariwisata, serta mempercepat program recovery destinasi pariwisata terdampak dan promosi pariwisata tidak terdampak di NTB.
"Gempa yang melanda Lombok dan NTB umumnya, telah membuat sejumlah infrastruktur rusak, tetapi sejumlah destinasi wisata masih terhindar dari gempa, sehingga masih aman untuk dikunjungi siapapun. Dengan adanya event ini, kami berharap pariwisata Lombok dan NTB secara umum dapat segera bangkit," ujarnya.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan, ada tiga hal strategis terkait dukungan promosi Kemenpar di event ini. Pertama, penggemar surfing adalah wisatawan mancanegara (wisman) yang kebanyakan berasal dari Australia.
Mereka sudah menjadikan Bali sebagai the second home karena surfing. Mereka sudah familiar berselancar di ombak Kuta Bali.
“Market-nya sudah jelas, mereka sudah ke Bali. Sekarang tinggal diperkenalkan spot baru itu ke negaranya,” kata Arief.
Kedua, prinsip dalam sport tourism juga harus dipakai. Di acaranya sendiri, mungkin tidak besar direct impact-nya, tetapi dampak indirect-nya atau media value-nya pasti jauh lebih tinggi.