Eksploitasi SPG, Potret Kelam dari Beratnya Kesetaraan Gender

Jum'at, 07 September 2018 | 21:37 WIB
Eksploitasi SPG, Potret Kelam dari Beratnya Kesetaraan Gender
Ilustrasi. (Foto: shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sebenarnya Tara tahu, risiko menjadi SPG bisa lebih buruk dari sekadar dipandang-pandang dan dirayu. Di lingkungan sesama SPG, ada banyak teman Tara yang awalnya bekerja ‘lurus’ namun akhirnya berbelok sambil mencari tambahan. Sebab, memang banyak tawaran dan iming-iming hidup mewah dari pelanggan.

“Bagi yang suka atau tidak kuat digoda, banyak juga yang mau dipegang-pegang, diajak jalan, check-in setelah event. Karena itu sudah menjadi urusan masing-masing. Agensi atau supervisor kami tidak ikut campur. Bahkan untuk SPG yang sudah senior, gaya hidup mereka lebih highend daripada pekerja kantoran. Semua karena ditopang pelanggan, bisa lebih dari satu malah,” ungkapanya.

Tara menyayangkan, tak ada pengawasan dan perlindungan terhadap pekerjaan honorer seperti SPG. Padahal dunia SPG sangat rentan eksploitasi fisik dan pelecehan seksual. Baik secara fisik, verbal, dan psikis.

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, jumlah total buruh/karyawan/pegawai dari 17 sektor pekerjaan sebanyak 45,8 juta orang, yang terdiri dari 29,3 juta laki-laki dan 16,4 juta perempuan. Tiga sektor pekerjaan yang didominasi perempuan antara lain Jasa Pendidikan 61,1 persen, Jasa lain 62,4 persen dan jasa kesehatan dan sosial 67,9 persen. Sisanya, mengisi sektor pekerjaan yang kurang memiliki  prestise dan tuntutan ketrampilan khusus. Pekerjaan perempuan sebagai Sales Promotion Girls (SPG) rokok dan minuman merupakan salah satu contoh.

Baca Juga: Jokowi Gaet Erick Thohir, Prabowo Tetap Pilih Eks Panglima TNI

Profesi di bidang promosi ini memang lekat dengan kesan hanya mengandalkan modal fisik semata. Dengan  alasan tuntutan pekerjaan, tidak jarang mereka harus berpakaian minim dan dandanan menor untuk menarik banyak pembeli dari pangsa pasar yang sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Pekerjaan dan penampilan mereka tidak jarang mengundang resiko pelecehan.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Trades Union Congress (TUC), sebuah federasi serikat pekerja di Inggris dan Wales, yang mewakili mayoritas serikat pekerja mengungkap, lebih dari 50% karyawan perempuan dilecehkan secara seksual di tempat kerja. Kebanyakan dari para perempuan korban pelecehan tersebut mengaku tidak melaporkan kejadian yang mereka alami. Lewat survei yang dilakukan pada 1.500 wanita ditemukan ada dua bentuk pelecehan seksual yang dialami para perempuan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI