Baik laki-laki maupun perempuan akan memilih pasangan yang didasari oleh kebutuhan yang mereka harapkan.
"Afeksi ini yang bisa saja mempengaruhi kita dalam memilih pasangan. Terlepas dari afeksi yang kurang atau berlebih dari orang tua, tiap orang memiliki kecenderungan untuk berusaha memenuhi kebutuhan afeksinya melalui pasangan. Hal terpenting adalah kita menyadari bahwa pasangan bukanlah sosok pengganti orang tua melainkan pendamping hidup kita," kata psikolog lulusan Universitas Indonesia tersebut.
Namun selisih usia yang terpaut jauh juga sudah barang tentu memerlukan banyak penyesuaian.
"Pada pernikahan dengan selisih 10 tahun ke atas misalnya, baik laki-laki maupun perempuan bisa saja memiliki tugas perkembangan yang berbeda. Laki-laki mungkin masih sibuk mengejar karir sementara pasangannya sudah mapan dan mencapai puncak kariernya," ungkap dia.
Contoh lain, tambah Irene, adalah sisi biologis pasangan. Perempuan yang berusia 50 tahun biasanya sudah memasuki masa menopause sehingga hasrat seksual dapat saja menurun bila dibandingkan dengan laki-laki yang berusia 40 tahun.
"Walau perbedaan-perbedaan ini tidak selalu menimbulkan masalah, tentu pasangan perlu melakukan penyesuaian ekstra dan upaya memahami situasi serta apa yang diharapkan oleh pasangan agar dapat bersama-sama menjaga kebahagiaan pernikahan," tutup Irene.