Suara.com - Beberapa waktu ke belakang, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan pernikahan beda usia yang sangat jauh. Menariknya, fenomena nikah beda usia ini bukan hanya terjadi antara lelaki tua dengan gadis belia tetapi juga lelaki muda dengan perempuan berumur yang jauh di atas pasangannya.
Misalnya saja pernikahan antara Selamat Riyadi yang masih berusia 16 tahun dengan Nenek Rohaya yang berusia 71 tahun di Sumatera Selatan.
Lalu ada Andi Darfan, lelaki berusia 24 tahun yang menikah dengan Andi Rosmiati Untung, perempuan berusia 55 tahun di Sulawesi Selatan.
Dilihat dari sisi psikologis, apa pandangan psikolog mengenai fenomena unik tersebut?
Kepada Suara.com, psikolog dari Klinik Pelangi, Irene Raflesia, M. Psi. mengatakan bahwa hubungan serius seperti pernikahan umumnya dilandasi oleh rasa cinta dan rasa nyaman.
"Kita tidak dapat mengendalikan kepada siapa kita akan jatuh cinta, termasuk bila kita jatuh cinta pada pasangan yang memiliki rentang usia yang terpaut jauh. Sah-sah saja jika menikahi perempuan yang usianya jauh lebih tua walau mungkin stigma masyarakat kita masih memandang hal ini sebagai suatu yang unik," katanya kepada Suara.com, baru-baru ini.
Ia menambahkan, perempuan memang umumnya relatif lebih cepat matang daripada laki-laki. Irene mencatut hasil studi dari Newcastle University, UK (2018) yang mengungkapkan bahwa kematangan dicapai lebih dulu oleh perempuan dibandingkan laki-laki, khususnya pada area kognitif dan emosi sepanjang masa kanak-kanak dan remaja.
"Hal ini berarti walau perempuan dan laki-laki bisa saja seumur, tingkat kematangan mentalnya bisa saja berbeda. Laki-laki bisa saja merasa lebih nyaman dengan sosok perempuan yang usianya lebih tua. Hal ini mungkin diakibatkan oleh adanya asumsi bahwa semakin meningkat usia perempuan maka tingkat kematangan mentalnya pun turut bertambah," urainya.
Meski begitu, tambahnya, hal tersebut tak melulu benar karena kaitan antara usia dan tingkat kematangan memiliki sifat yang relatif. "Artinya, tidak selalu perempuan yang usianya lebih tua memiliki tingkat kedewasaan lebih tinggi daripada laki-laki," tambah Irene.
Bagaimana dengan asumsi bahwa laki-laki terkadang jatuh cinta pada sosok yang mengingatkannya pada figur ibunya sendiri? Kata Irene, faktanya tidak selalu demikian.