Seperti di Jepang, ia memilih berjalan menyusuri daerah di Kyoto Jepang, satu bulan ia pelajari budaya setempat terkait motif batiknya, bahkan menetap tinggal memilih di rumah warga setempat. Irma Susanti juga berencana akan buka gerai di New York AS.
"Kebetulan saya suka traveling, tiap nemu ide saya tuangkan dalam desain, di Jepang dan Turki sudah terkumpul beberapa motif lokal kegemaran masyarakatnya," paparnya.
Sebagai test market, Irma Susanti membuat motif lokal beberapa negara tersebut. Dia produksi batik tulis kustomnya lalu di jual di dunia lini masa. Sambutannya luar biasa.
"Motif Jepang saya ambil dari filosofi kimono, pada suka. Di Turki juga begitu, kombinasi batik, hijab, art, dan tak suka warna ramai, juga pada suka," ungkapnya panjang lebar.
Baca Juga: Bambang Hartono, Atlet Terkaya Asian Games, Bridge dan Bisnis
Saat ini pangsa ekspornya menembus 40 persen market share-nya, seperti ke Turki, Jepang, Singapura, London dan beberapa negara Eropa. Omzetnya bisa mencapai Rp 400 - 500 juta per bulan.
"Sehari bisa kirim 70 pax ke luar negeri, kalau korporate dan lokal bisa ribuan pax," ujarnya.
Soal harga, Irma menyasar kelas premium dia banderol minimal batik tulis kustom seharga Rp 500.000, dengan paling mahal sampai puluhan juta perlembar kain atau sudah jadi.
"Tergantung rumitnya desain kustomnya, makin rumit dan berkarakter makin mahal bisa sampai 15 jutaan," ujarnya.
Mendunianya batik tulis kustom rupanya didengar pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Inggris di London. Gayung bersambut, Identik Batix diajak pentas bareng fashion show di Potters Fields Park London Inggris dalam gelaran Indonesian Weekend, pada 8 - 9 September 2018.
Baca Juga: Lakukan Hal Ini Sebelum dan Sesudah Tanam Benang, Hasil Sempurna
"Saya disuruh menampilkan 12 koleksi batik tulis kustom, ini masih mengerjakan motif desainnya untuk khusus ditampilkan di London," katanya.