Menurutnya, karena ini lomba selancar profesional Internasional dan berhadiah uang, maka jumlah pesertanya dibatasi sesuai dengan peringkat dunia serta jumlah poin yang dimiliki.
"Tidak semua peselancar bisa ikut lomba selancar Internasional, hanya yang memiliki peringkat tertentu. Baru nantinya setelah itu, banyak peselancar yang akan berkunjung ke destinasi-destinasi untuk melakukan selancar rekreasi," kata pria yang ramah kepada wartawan itu.
Selain itu, para surfer dunia ini, imbuh Indroyono, akan selalu mencari ombak yang menantang dan Indonesia adalah Surga bagi peselancar dunia, termasuk Nias Selatan. Dalam kejuaraan surfing internasional series ini, semua merupakan event dunia.
Salah satunya termasuk di Bali dan Nias.
Baca Juga: Nias Pro 2018 Jadi Sport Tourism Tingkat Dunia
"Kejuaraan surfing internasional yang digelar di Nias, Bali, Seumeleu dan tempat lainnya merupakan pertama kali event series terbanyak yang digelar di Indonesia,"katanya.
Indroyono bercerita, para peselancar akan tinggal di suatu tempat dengan tetap dan enjoy di tengah kondisi apapun. Mereka akan loyal, fanatik, dan tinggal dalam jangka waktu sangat lama.
Para surfer tidak mencari amenitas yang mewah.
"Namun yang mereka cari adalah ombak yang menantang dan indah,"katanya.
Untuk suksesnya event ini, kata dia, panitia harus menyiapkan high speed internet untuk live streaming, karena akan ditonton live di seluruh dunia. Buktinya, yang diselenggarakan di Bali tetap heboh, walau di tengah erupsi Gunung Agung.
"Dan tetap sukses, yang menonton jutaan. Silakan saja buka website WSL,"kata Indroyono lagi.