Ini Beda Citarasa Kopi dari Aceh sampai Wamena

Sabtu, 21 Juli 2018 | 12:06 WIB
Ini Beda Citarasa Kopi dari Aceh sampai Wamena
Festival Kopi Nusantara di Bentara Budaya Jakarta (Suara.com / Firsta NODIA)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di Indonesia ada tiga jenis kopi yang jamak ditanam para petani, yakni arabika, robusta dan liberica. Ketiganya memiliki perbedaan dari segi rasa dan kualitas mengingat proses penanaman dan benihnya pun berbeda.

Arabica biasanya tumbuh di dataran dengan ketinggian di atas 1000 meter dari permukaan laut, sedangkan robusta hidup di dataran dengan ketinggian di bawah 1000 meter dari permukaan laut. Sementara liberika bisa tumbuh setinggi sembilan meter di atas tanah. 

Nah, di Indonesia sendiri, ketiga jenis kopi ini jamak ditanam oleh para petani yang tersebar di berbagai daerah. Rasa dan aroma kopi pun akan berbeda jika ditanam di tanah dan daerah berbeda. Itu sebabnya masing-masing kopi di setiap daerah memiliki kekhasannya sendiri. 

Suara.com pun berkesempatan untuk mencicipi aneka kopi nusantara dari beberapa daerah di Festival Kopi Nusantara yang berlokasi di Bentara Budaya Jakarta. Nah, berikut ini beberapa kekhasan kopi dari beberapa daerah yang perlu Anda tahu.

Baca Juga: Urung Pensiun, Arsene Wenger Segera Besut Timnas Jepang

1. Arabika Gayo

Sesuai namanya, Anda tentu sudah menebak bahwa kopi arabika ini berasal dari tanah Gayo di Aceh Tengah. Menurut Mustafa Kamal dari Merabata Arabica Gayo, kopi gayo memiliki karakter yang unik mulai dari aroma dan rasa. 

"Kopi arabika Gayo lebih harum dan fruity, karena arabika kita ditanam di ketinggian 1200-1600 meter di atas permukaan laut," ujar Mustafa. 

Dataran tinggi Gayo, menurut Mustafa, merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di Aceh. Iklimnya yang sejuk turut berpengaruh pada kualitas kopi yang dihasilkan. 

2. Kopi Sumba

Beda halnya dengan tanah Gayo yang menghasilkan kopi arabika, maka di Sumba jenis kopi yang banyak ditanam para petani adalah kopi robusta.

Disampaikan MM Anggriani dari Bapelitbangda Sumba Barat Daya, ciri khas kopi Sumba adalah cita rasa yang asam dan sedikit pahit, namun setelahnya meninggalkan rasa layaknya mengonsumsi cokelat. 

Festival Kopi Nusantara di Bentara Budaya Jakarta (Suara.com / Firsta NODIA)
Festival Kopi Nusantara di Bentara Budaya Jakarta (Suara.com / Firsta NODIA)

"Setiap rumah tangga di Sumba mengonsumsi kopi, jadi mereka punya tanaman kopi di pekarangan cuma untuk dikonsumsi sendiri. Namun sejak Bu Elizabeth Malo mengajak para petani untuk bersama-sama belajar serta mengolah kopi dengan cara baru, mereka berani menjualnya sebagai komoditas," ujar Anggriani. 

Meski secara kualitas robusta dianggap lebih rendah dibandingkan arabika, Anggraini mengatakan bahwa kopi Sumba telah memenangkan penghargaan sebagai kopi robusta terenak di Indonesia, setelah melewati uji cita rasa pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember, Jawa Timur pada Agustus 2017.

"Kopi Sumba mendapat nilai 86,76 pada sistem penilaian "Score cupping Test Specialty" untuk jenis robusta, menyingkirkan sembilan finalis lain," ungkapnya.

3. Kopi Wamena

Petrus Patabang, Staf Produksi Pengolahan Kopi Cartenz yang mewakili kelompok petani kopi Wamena mengatakan, biji kopi arabika yang tumbuh di ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut ini memang banyak diminati karena citarasanya yang tidak terlalu asam.

Selain itu, arabika yang diproduksinya juga berasal dari varietas langka yakni tipika dan hanya bisa tumbuh di dataran tinggi Cartens.

Festival Kopi Nusantara.di Bentara Budaya Jakarta (Suara.com / Firsta NODIA)
Festival Kopi Nusantara di Bentara Budaya Jakarta (Suara.com / Firsta NODIA)

"Citarasa kopi kami sangat unik. Asam tapi tidak terlalu asam. Sehingga lebih soft dan cocok dikonsumsi bagi perempuan, anak-anak atau penikmat kopi pemula," ujar Petrus. 

Menariknya lagi, kopi yang ditanam petani kopi Jayawijaya ini menggunakan pupuk organik sehingga lebih alami dan terjamin kualitas serta citarasanya. 

4. Kopi Java Ijen Raung Jawa Timur

Didik Suryadi selaku sekretaris Kelompok Tani Sejahtera Kayu Mas Situbondo menjelaskan bahwa citarasa kopi Java Ijen Raung asli Jawa Timur ini memiliki kekhasan pedas dan manis layaknya jahe. Ternyata ada cerita tersendiri mengapa hal ini bisa terjadi.

Festival Kopi Nusantara di Bentara Budaya Jakarta (Suara.com / Firsta NODIA)
Festival Kopi Nusantara di Bentara Budaya Jakarta (Suara.com / Firsta NODIA)

"Karakter arabika kita itu pedas dan manis. Kenapa demikian karena tanaman selingan yang kita gunakan ketika menanam kopi adalah jahe. Karena kan kopi hanya panen sekali setahun jadi sembari menunggu masa panen, para petani kita menanam jahe," ujar Didik.

Ia menambahkan, after taste dari Kopi Java Ijen Raung yang mirip jahe ini memang sudah menjadi standar operasional yang ditetapkan oleh asosiasi setempat. Itu sebabnya keragaman citarasa kopi arabika yang dihasilkan petani kopi Jawa Timur menyatu dalam satu rasa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI