Suara.com - Bila traveller melakukan wisata sejarah atau religi ke kompleks makam para raja Yogyakarta dan Surakarta di Imogiri, kecamatan Wukirsari, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pengunjung akan menemui misteri : sosok terpancung tiga di tangga Makam Imogiri.
Ada sekitar lebih dari 400 anak tangga mesti diinjak pengunjung sebagai pengganti aktivitas mendaki, dan menjelang puncak menuju makam terdapat undakan batu tidak rata yang mesti diinjak pengunjung. Di bawah batu itulah, konon ditanam si sosok penuh teka-teki.
Seperti dituturkan Donny Adipati, seorang pemandu di kawasan Imogiri, sosok yang dimakamkan di deretan anak-anak tangga tadi adalah Tumenggung Endranata.
Ia adalah sosok pengkhianat saat Sultan Agung, Raja Mataram mengadakan penyerangan ke Jayakarta yang berada dalam kekuasaan Belanda, sekitar 1628 - 1629.
Baca Juga: 3 Calon Jemaah Haji Sulsel Gagal Berangkat ke Tanah Suci
Tumenggung inilah si pembisik kaum Kumpeni (Vereenigde Oostindische Compagnie) soal lumbung pangan tentara Mataram dan rencana penyerbuan Sultan Agung.
Hukuman bagi Tumenggung Endranata adalah tubuh dipancung tiga: yang ditanam di beberapa bagian dari ke-409 anak tangga menuju makam para raja Imogiri. Yaitu mengarah ke Gapura Supit Urang, di bagian gapura itu sendiri, serta kolam di sisi kanan.
Coba saat Anda melangkahkan kaki menaiki anak tangga dan menghitung satu demi satu—karena ada kepercayaan: barang siapa bisa menghitung jumlah anak tangga dengan benar maka akan terkabul segala permohonannya. Simaklah permukaan batu yang tidak rata.
Di situlah dikebumikan sosok pengkhianat Tumenggung Endranata. Para pengunjung yang menuju makam disilakan menginjak batu tak beraturan itu sebagai peringatan akan kesetiaan, serta menjauhlah dari tindak pengkhianatan.
Laman berikutnya adalah teka-teki, siapa sejatinya Tumenggung Endranata.
Baca Juga: Artis Ramai Jadi Bacaleg, dari Krisdayanti hingga Angel Karamoy
Tetapi kata Donny, ada versi lebih hits soal sosok terpancung tiga ini. Mengapa? Karena sejatinya bukan sosok Tumenggung Endranata yang berada di situ. Tetapi malahan gubernur Kumpeni ... Jan Pieterszoon Coen! Atau oleh kaum Betawi dikenal sebagai Mur Jangkung.
Selama ini, sejarah menuliskan ia wafat di Batavia karena terserang kolera sekitar 1629. Plakat peringatannya terdapat di lingkungan gereja dalam kawasan Kota Tua Jakarta yang kini menjadi Museum Wayang.
“Begitulah konon hikayatnya. Jasad Gubernur Coen ada di bawah anak-anak tangga yang tengah kita injak saat ini,” tutur Donny.
“Nama Tumenggung Endranata adalah alias semata, agar pihak Kumpeni tak memburu-buru jasadnya sampai ke sini.”
Terlepas dari benar tidaknya, misteri : sosok terpancung tiga di tangga Makam Imogiri, kisah ini menambah semarak wisata sejarah dan religi di Bukit Berkabut (begitu terjemahan namanya dalam bahasa Indonesia).