Beda Susu Kental Manis dengan Krimer Kental Manis

Sabtu, 14 Juli 2018 | 11:00 WIB
Beda Susu Kental Manis dengan Krimer Kental Manis
Susu kental manis. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belum lama ini masyarakat dihebohkan dengan pro kontra soal susu kental manis, yang terlihat sama dengan krimer kental manis.

Dalam konferensi pers, Senin (9/7/2018), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan bahwa susu kental manis (SKM) bukanlah produk berbahaya dan aman dikonsumsi sebagai pelengkap hidangan. Yang menjadi persoalan, kata Penny, visualisasi pada label dan iklan, sehingga masyarakat mendapatkan persepsi yang salah tentang penggunaan SKM.

Lalu apa yang sebenarnya membedakan antara susu kental manis dengan krimer kental manis? Direktur Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru, Tetty Helfery Sihombing mengatakan bahwa krimer kental manis bisa mengandung krim maupun susu.

"Susu kental manis adalah produk yang mengandung susu. Ada juga krimer kental manis (KKM) yang memasukkan susu, tapi kandungan susunya lebih kecil dari pada di susu kental manis," ujar Tetty.

Sejak awal kemunculannya, susu kental manis diharuskan mengandung susu. Hal ini diperjelas dengan Peraturan Kepala BPOM No. 21 Tahun 2016 yang merinci definisi dari susu kental manis.

Dalam peraturan itu dijelaskan bahwa, susu kental manis adalah produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari campuran susu dan gula hingga mencapai tingkat kepekatan tertentu; atau merupakan hasil rekonstitusi susu bubuk dengan penambahan gula, dengan atau tanpa penambahan bahan lain.

Khusus untuk susu kental manis yang dibuat dari susu sapi dengan campuran gula dan air, memiliki padatan susu kisaran 20 persen. Selain padatan ini juga terdapat protein, vitamin, mineral, dan lemak.

Adapun, karakteristik dasar dari susu kental manis adalah memiliki kadar lemak susu tidak kurang dari 8 persen dan kadar protein tidak kurang dari 6,5 persen (untuk plain).

Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (PKGK FKM UI), Ir. Ahmad Syafiq, MSc, PhD, yang dihubungi secara terpisah memberikan pandangannya mengenai susu kental manis.

Baca Juga: Si Doel The Movie Belum Tayang, Sekuelnya Segera Digarap

Ia menyebutkan bahwa susu kental manis memiliki kadar protein yang relatif lebih tinggi dibanding jenis lainnya dalam kategori Susu Kental. Yang membedakan antara susu kental manis dengan produk susu lainnya seperti cair maupun bubuk, kata Ahmad, hanya terletak pada jumlah kandungan susu.

"Sama saja dari segi kualitas, meskipun secara jumlah kandungan susu berbeda. Perlu diingat bahwa semua jenis makanan saling melengkapi. Tidak ada makanan atau minuman tunggal yang mampu memenuhi kebutuhan gizi seseorang," ujarnya merinci.

Namun Ahmad mengingatkan bahwa peruntukan susu kental manis memang tidak ditujukan untuk bayi. Begitu pula dengan balita di masa pertumbuhannya, tidak boleh bergantung hanya pada susu kental manis untuk mencukupi protein hewani.

"Siapa saja boleh mengonsumsi susu kental manis dalam jumlah tidak berlebihan. Namun susu kental manis tidak cocok untuk bayi dan perlu juga diperhatikan bahwa kebutuhan pertumbuhan anak perlu konsumsi protein hewani yang cukup. Sehingga diperlukan asupan protein dari sumber hewani," terangnya panjang lebar.

Menyoal kandungan gula pada susu kental manis, Ahmad menegaskan bahwa gula dibutuhkan untuk mencegah kerusakan produk. Dalam proses pembuatannya, air dari susu yang diuapkan ditambahkan gula yang berfungsi sebagai pengawet.

Menyikapi kebingungan masyarakat terkait susu kental manis, ia mengatakan bahwa pemerintah harus terus meningkatkan upaya peningkatan literasi gizi masyarakat serta terus melaksanakan upaya menyusun kebijakan berbasis evidens.

Di sisi lain, Ahmad juga menyarankan agar masyarakat jangan mudah terprovokasi dengan kehebohan.

"Pemerintah diharapkan memberikan edukasi kepada masyarakat agar masyarakat tidak resah dan kebingungan dengan informasi yang beredar. Sementara, masyarakat perlu bijak dalam menyikapi kehebohan, tidak panik dan meningkatkan pengetahuannya mengenai gizi seimbang serta kebutuhan dan kecukupan gizi. Kita harus mau mencari informasi dari ahli gizi yang kompeten," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI