"Sama saja dari segi kualitas, meskipun secara jumlah kandungan susu berbeda. Perlu diingat bahwa semua jenis makanan saling melengkapi. Tidak ada makanan atau minuman tunggal yang mampu memenuhi kebutuhan gizi seseorang," ujarnya merinci.
Namun Ahmad mengingatkan bahwa peruntukan susu kental manis memang tidak ditujukan untuk bayi. Begitu pula dengan balita di masa pertumbuhannya, tidak boleh bergantung hanya pada susu kental manis untuk mencukupi protein hewani.
"Siapa saja boleh mengonsumsi susu kental manis dalam jumlah tidak berlebihan. Namun susu kental manis tidak cocok untuk bayi dan perlu juga diperhatikan bahwa kebutuhan pertumbuhan anak perlu konsumsi protein hewani yang cukup. Sehingga diperlukan asupan protein dari sumber hewani," terangnya panjang lebar.
Menyoal kandungan gula pada susu kental manis, Ahmad menegaskan bahwa gula dibutuhkan untuk mencegah kerusakan produk. Dalam proses pembuatannya, air dari susu yang diuapkan ditambahkan gula yang berfungsi sebagai pengawet.
Baca Juga: Si Doel The Movie Belum Tayang, Sekuelnya Segera Digarap
Menyikapi kebingungan masyarakat terkait susu kental manis, ia mengatakan bahwa pemerintah harus terus meningkatkan upaya peningkatan literasi gizi masyarakat serta terus melaksanakan upaya menyusun kebijakan berbasis evidens.
Di sisi lain, Ahmad juga menyarankan agar masyarakat jangan mudah terprovokasi dengan kehebohan.
"Pemerintah diharapkan memberikan edukasi kepada masyarakat agar masyarakat tidak resah dan kebingungan dengan informasi yang beredar. Sementara, masyarakat perlu bijak dalam menyikapi kehebohan, tidak panik dan meningkatkan pengetahuannya mengenai gizi seimbang serta kebutuhan dan kecukupan gizi. Kita harus mau mencari informasi dari ahli gizi yang kompeten," pungkasnya.