Tren Pernikahan 2018, Kembali ke Tradisional

Sabtu, 14 Juli 2018 | 07:00 WIB
Tren Pernikahan 2018, Kembali ke Tradisional
Pernikahan dengan konsep tradisional, adat Jawa. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tren pernikahan dari tahun ke tahun mengalami perubahan, jika beberapa tahun ke belakang tema rustic banyak dipilih para calon pengantin, maka di 2018 ini tren pernikahan kembali pada konsep tradisional.

Hal ini disampaikan Emil Eriyanto, Owner Multi Kreasi Enterprise Wedding Organizer dalam perhelatan Jakarta Wedding Festival 2018.

BACA JUGA: Gokil, Beauty Vlogger ini Makeup Sebelum Lahiran

Ia mengatakan banyak kliennya baru-baru ini yang meminta konsep pernikahan tradisional. Hal ini, lanjut Emil, terkait dengan ketertarikan generasi muda terhadap budaya Indonesia yang cenderung semakin meningkat.

BACA JUGA: Bikin Masker Wajah Pakai Susu Bubuk, Begini 4 Cara Mudahnya

"Saya surprise sekali ada pengantin yang ingin menikah di Borobudur. Padahal mereka bukan berdarah Jawa, perempuannya bule dan laki-lakinya berdarah Tionghoa. Jadi, memang anak muda sekarang banyak yang mulai ingin cinta budaya lewat perwujudan nikah mereka. Jadi mau menikah nggak sekedar sah tapi ada unsur budaya yang ingin mereka pertahankan," ujarnya dalam temu media JWF 2018 di JCC Senayan, Jumat (13/7/2018).

BACA JUGA: Pacaran Lewat Medsos? Ikuti Tips Ini Agar Tetap Aman

Meski demikian Emil mengatakan bahwa konsep tradisional tak seutuhnya diterapkan oleh pengantin masa kini. Sebagian juga mengombinasikannya dengan konsep pernikahan modern seperti rustic yang sedang ngetren.

Konferensi pers Jakarta Wedding Festival 2018, Jumat (13/7/2018). (Suara.com/Firsta Nodia)
Konferensi pers Jakarta Wedding Festival 2018, Jumat (13/7/2018). (Suara.com/Firsta Nodia)

Ia juga menyoroti tren pernikahan terkini yang lebih intim dimana pengantin mengundang tamu dalam jumlah terbatas untuk menikmati pesta spesial mereka sekali seumur hidup.

"Tahun ini banyak orang mulai mencoba mengecilkan skala tamu. Tidak tahu apakah, karena faktor ekonomi atau karena ingin menikmati. Karena kalau tamu banyak mareka nggak bisa nikmati malah capek. Jadi ya konsep seperti ini diminati karena mereka ingin santai dan berbaur dengan tamu," tambah dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI