Suara.com - Banyak cara dibuat oleh pemilik restoran untuk menggaet banyak pelanggan agar datang, salah satunya membuat restoran berkonsep alam liar, seperti yang dilakukan kafe hewan Mevzoo di distrik Beykoz, Istanbul, Turki, yang dinilai mengeksploitasi hewan.
Sialnya, mereka dituduh melakukan kekejaman dan pelecehan hewan setelah video seekor singa berumur satu tahun bernama Khaleesi terlihat murung dan kebingungan.
Hal tersebut tentu saja menimbulkan kemarahan di masyarakat, karena hewan terancam punah itu hidup dalam ruangan berukuran kurang dari satu meter.
Respon masyarakat semakin memburuk setelah terungkap bahwa Mevzoo juga mengeksploitasi burung-burung langka, buaya dan kuda untuk menarik perhatian pelanggan.
Baca Juga: Istana Ingin Bawa Lalu Muhammad Zohri Menghadap Jokowi
Hal yang mengejutkan, Mevzoo, dilansir odditycenter, telah mendapat lisensi sebagai Kebun Binatang 'Kelas B' dan Pusat Rehabilitasi Hewan oleh Kementerian Kehutanan dan Urusan Air Turki.
Pemiliknya, Cengiz klarolu, mencoba membela diri. Ia mengatakan memiliki semua dokumentasi yang diperlukan secara hukum, serta selalu memastikan semua kondisi hewan baik-baik saja.
Cengiz juga mengaku hanya mengambil hewan yang kesusahan dari kebun binatang kota dan mengurusnya dengan biaya sendiri.
Tak tanggung-tanggung, dirinya mengklaim telah mengeluarkan banyak uang pribadi untuk makanan dan perawatan medis serta membuat ruang hidup lebih besar daripada yang direkomendasikan oleh Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium Dunia.
Menanggapi kemarahan yang diungkapkan oleh orang-orang di media sosial, pemilik Mevzoo mengatakan itu hanya emosi sesaat dari orang-orang yang tidak mengetahui fakta sebenarnya.
Baca Juga: Listrik Tersambung Sore Ini, Anies Ingin MRT Cepat Selesai
Namun, setelah video kontroversial Khaleesi mendapat perhatian media internasional dan muncul petisi daring untuk membebaskan singa tersebut, Departemen Kehutanan dan Urusan Air di Turki mengatakan akan membuka penyelidikan mengirim tim untuk memeriksa apakah hewan di Mevzoo dirawat dengan baik.