Suara.com - Di Makassar, Sulawesi Selatan ada kafe bergaya kolonial yang menyuguhkan beragam camilan atau kudapan favorit para raja.
Ya, sebagai bekas lokasi kerajaan besar yakni Gowa dan jalur perdagangan rempah nusantara, Makassar kaya akan harta karun berupa sejarah. Itu sebabnya banyak sekali objek wisata bernilai sejarah yang bisa Anda temui saat menjejakkan kaki di Ibu Kota Sulawesi Selatan ini.
Tak hanya itu , harta karun peninggalan kerajaan masa lampau di Makassar yang tak kalah pentingnya adalah makanan tradisionalnya. Sebuah kafe bernama Mama Toko Kue menghimpun panganan tradisional Makassar yang menjadi favorit para raja dan kini jarang ditemukan kecuali pada momen-momen spesial saja.
BACA JUGA: Bandara Bali Tutup, Wisatawan Bingung Kehabisan Bekal
Adalah Mimi Khudrathi, sosok perempuan di balik mengebulnya asap dapur Mama Toko Kue. Dalam perjalanan Festival Jajanan Bango beberapa waktu lalu, pakar kuliner Arie Parikesit mengatakan, ragam kue manis di Makassar memang cukup banyak.
Hal ini tak lepas dari jejak kesultanan di Ibu Kota Sulawesi Selatan ini. Menurut Arie, kue manis cenderung menjadi camilan kaum bangsawan karena bahan-bahan pembuatannya yang cenderung mahal.
BACA JUGA: Dengarkan 5 Lagu Ini Biar Cepat Move On
"Di sini ada Kesultanan Gowa sehingga cukup banyak kue manis. Kue manis ini kan bahan-bahannya cukup mahal. Ada telurnya banyak. Bayao Nibalu misalnya, itu bahannya duren dan telur, kan mahal. Dulu hanya kaum ningrat yang menikmati, sekarang semua bisa dan Mama Toko Kue ini pusatnya camilan tradisional Makassar," ujarnya.
Kafe yang berlokasi di Jalan Serui No. 19, Pattunuang, Makassar ini, identik dengan gedung peninggalan kolonial. Jendela besar berbingkai kayu dan dinding bangunan yang tebal cukup menggambarkannya. Di bagian dalam kafe, kursi dan meja kayu menjadi ornamennya. Kolam ikan koi yang mengeluarkan gemercik air di bagian depan menambah kesan homey kafe ini.
BACA JUGA: Beda Cara Pakai, Inilah 3 Tipe Eyeliner yang Harus Kamu Tahu