Green Zone Ajak Remaja Belajar Agama Lewat Kegiatan Alam

Sabtu, 16 Juni 2018 | 14:00 WIB
Green Zone Ajak Remaja Belajar Agama Lewat Kegiatan Alam
Komunitas Green Zone. (Sumber: Komunitas Green Zone)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belajar agama tak melulu di dalam rumah ibadah atau ruang belajar. Belajar agama bisa dilakukan di atas gunung, di dalam hutan, hingga di antara dua bukit.

Hal tersebut diungkapkan oleh pendiri komunitas Green Zone Life is Action kepada Suara.com, Miftah Jejak. Miftah mendirikan komunitas Green Zone pada 2011, di kawasan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.

Dasar pembentukan komunitas itu, kata Miftah, adalah rasa prihatin dirinya yang melihat remaja 'nongkrong tak jelas' dan jauh dari kegiatan positif.

"Kalau pemuda masjid atau pemuda gereja, ya itu sudahlah, pasti diajari hal-hal baik. Tapi kalau anak yang nongkrong-nongkrong itu, tanggung jawab siapa?," kata Miftah, saat ditemui Suara.com, di kediamannya,  Bogor, beberapa waktu lalu.

Miftah berusaha merangkul remaja-remaja di sekitar wilayahnya untuk ikut dalam kegiatan positif, seperti naik gunung hingga mencari curug.

"Memang awal pembentukan belum bisa merangkul mereka (anak nongkrong), tapi jaringan kami ini menjadi luas dan dari sana bisa masuk," katanya.

Agenda pertama yang digelar oleh komunitas Green Zone adalah mengeksplorasi curug di kawasan Sukamakmur, Jonggol. Acara tersebut diikuti oleh sekitar 55 peserta dan berhasil dilaksanakan dengan sempurna.

Acara-acara berikutnya, Miftah dan para anggota mencoba mengeksplor alam lebih luas lagi, seperti naik ke Gunung Gede, Gunung Slamet, hingga mengitari bukit di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Lewat kegiatan alam tersebut, Miftah mencoba menjejali anggota komunitas dengan ilmu agama yang bermanfaat.

"Komunitas ini memang mengutamakan nilai relijius. Kita belajar bagaimana salat di gunung atau belajar tayamum saat tidak ada air. Jadi, agama itu ada di mana-mana. Bukan di rumah ibadah saja," kata Miftah.

Meski menjunjung tinggi nilai Islam dalam komunitasnya, Miftah membuka kegiatan Green Zone bagi semua agama. Bahkan di beberapa kegiatan, anggota komunitas dari agama selain Islam juga kerap ikut bergabung.

Kata Miftah, tujuan utama dari komunitas ini adalah anggota mampu memiliki mimpi yang positif.

"Maka mimpi ini diwujudkan dengan mengarahkan anak-anak pada hal-hal baik untuk dirinya maupun orang lain."

Komunitas Green Zone. (Sumber: Komunitas Green Zone)

Bukan hanya tentang alam dan nilai-nilai relijius, komunitas Green Zone juga ikut terjun langsung dalam dunia kerelawanan dan sumbangan bagi sesama lewat biro Charity yang dibentuk oleh Green Zone.

"Biro Charity ini program anak asuh tingkat SMA. Ada juga bimbingan belajar bahasa Inggris dan skill seperti desain grafis. Kami juga beberapaka kali jadi relawan bencana dan pernah kerja sama dengan lembaga nasional," kata Miftah.

Selain biro Charity, ada tiga biro lain yang mengurusi ratusan anggota komunitas ini. Mereka adalah biro Teenagers atau biro yang mengurusi kegiatan komunitas Green Zone remaja, biro Club atau biro yang membawahi kegiatan tambahan acara-acara Green Zone, dan biro Explore atau biro yang mengurusi kegiatan besar bernuansa alam ala Green Zone.

Memiliki anggota hingga ratusan, Green Zone sendiri dibagi ke dalam dua komunitas besar yaitu Green Zone dan Green Zone Teenagers.

Green Zone sendiri memiliki pengurus tetap sebanyak 25 orang, dengan latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari guru hingga buruh pabrik. Untuk anggota, Miftah membuka keanggotaan Green Zone untuk semua orang dan mempersilakan umum turut serta dalam kegiatan-kegiatan Green Zone Life is Action.

"Bisa gabung lewat Facebook kami di Green Zone Life is Action. Kami tidak ada kopdar (kopi darat), adanya kegiatan besar. Jadi anggota tidak terbebani oleh waktu dan biaya keanggotaan," tutup Miftah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI