Ketika perang berakhir dan Jerman berhasil dipukul mundur, kawasan penuh dengan serpih logam dan tulang-belulang korban. Dari hasil penelitian ditengarai bahwa kandungan peluru dan material besi Mamayev Kurgan mencapai sekitar 500 – 1.250 serpih logam setiap meter persegi.
Usai Perang Dunia Kedua, projek pendirian monumen peringatan peperangan Mamayev Kurgan digarap pemerintah Uni Soviet. Sebuah patung yang menggambarkan keagungan seorang dewi menghunus pedang, setinggi lebih dari 60 meter diresmikan pada 1967. Sebutannya Rodina Mat Zovyot atau diterjemahkan sebagai Panggilan Ibu Pertiwi. Pada tahun 2016, dinyatakan sebagai patung perempuan tertinggi di dunia.
Dengan konsep taman serta dilengkapi kaldron api abadi, Mamayev Kurgan juga menjadi makam pahlawan seperti Vasily Chuikov, pemimpin pasukan Soviet di Stalingrad, dan sang sniper, Vasily Zaytsev, yang dimakamkan ulang di sini pada 2006 dengan penghormatan militer penuh. Setelah sebelumnya dikebumikan di Kiev, Ukraina pada 1991.
Baca Juga: Menhub Klaim Tren Kecelakaan di Arus Mudik Menurun
Foto: Suporter Rusia Menyambut Piala Dunia 2018 [Sumber: rbth]
Sebagai penembak jitu, selama berlangsung The Battle of Stalingrad, Zaytsev berhasil melenyapkan tak kurang dari 225 tentara musuh Uni Soviet, termasuk di antaranya 11 sniper dan Major Koenig sendiri. Modalnya adalah presisi tinggi dalam membidik sasaran yang didapatkan dari ajaran kakeknya semasa ia kecil, senjata laras panjang standar, serta amunisi terbatas.
Inilah yang menjadikannya begitu sabar menanti musuh, dan memberikan semangat kepada para kamerad seperjuangannya, “hanya ada satu peluru untuk seorang musuh”.
Keberhasilannya turut mengamankan garis pertahanan diganjar pemerintah Uni Soviet dengan gelar pahlawan nasional usai Perang Dunia Kedua.
Baca Juga: Ini Mengapa Perempuan Pekerja Harus Mendapat Perlindungan