Suara.com - Travelling telah menjadi bagian dari gaya hidup. Orang-orang super sibuk pun, paling tidak menganggarkan empat kali bepergian ke luar negeri atau luar pulau dalam setahun untuk pelesir.
Sisi positifnya, istirahat sejenak dari rutinitas membawa kebaikan bagi jasmani dan rohani. Tetapi sisi negatifnya juga ada.
Sebagai traveller, Anda tak mungkin terhindarkan dari kondisi yang menganggu kesehatan selama perjalanan, dan setelah berada di lokasi wisata.
Itu sebabnya, mengapa di lembar formulir imigrasi terdapat pertanyaan: Apakah Anda baru kembali dari Afrika beberapa hari lalu? Atau contoh lain, saat pramugari di pesawat menyemprotkan desinfektan disertai pengumuman "untuk memasuki bandara negara ini kami diwajibkan untuk melakukan sterilisasi kabin".
Baca Juga: Pos Indonesia Luncurkan Prangko Sambut Hari Kelahiran Pancasila
Makin detail lagi, saat kita menjumpai monitor-monitor di Arrival Hall sebuah bandara yang bertuliskan "pemantau suhu penumpang". Ada petugas dengan masker meminta kesediaan penumpang secara acak untuk diperiksa suhu tubuhnya. Sampai ruangan bertuliskan "karantina". Yang disediakan untuk manusia, satwa, sampai tanaman.
Intinya, negara-negara pun, lewat pintu masuk terdepan mereka, seperti bandar udara dan pelabuhan, sudah berusaha mencegah hadirnya bibit penyakit sedari awal. Supaya warganya tidak terkena wabah atau penyakit yang kemungkinan ditularkan oleh traveller.
Kebalikannya, traveller juga memiliki kemungkinan tertular, terkena wabah, terserang penyakit, atau gangguan kesehatan selama berada di negara tertentu.
Berikut adalah lima gangguan kesehatan dan penyakit yang biasa menghinggapi traveller selama bepergian ke sebuah destinasi. Mari kita simak bersama.