Lupus Tak Halangi Tiara Savitri Menaklukkan Himalaya

Senin, 21 Mei 2018 | 10:25 WIB
Lupus Tak Halangi Tiara Savitri Menaklukkan Himalaya
Tiara Savitri merasa kegiatan mendaki gunung memberi efek positif bagi Lupus yang dideritanya. (Foto: Dok. Tiara Savitri)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Didiagnosis mengidap lupus bukan menjadi halangan bagi Tiara Savitri (47) untuk menikmati keindahan alam semesta dari puncak gunung.

Yang mengagumkan ia bahkan  berhasil menaklukkan 11 gunung tertinggi di Indonesia pada 2012, seperti  Gunung Klabat, Gunung Tambora (NTT), Gunung Slamet (Jawa Tengah), Gunung Semeru (Jawa Timur), Gunung Rinjani (NTB), Gunung Agung (Bali), Gunung Gede Pangrango (Jawa Barat), Gunung Kerinci (Sumatera Barat), Gunung Singgalang (Sumatera Barat), dan Gunung Bawakaraeng (Sulawesi Selatan).

Ya, 2012 memang menjadi awal kisah Tiara mendaki gunung untuk kali pertama. Tak terbayang olehnya bakal jatuh cinta pada kegiatan menantang ini padahal waktu kecil Tiara hobi menari.

Keberhasilannya mendaki gunung membuat Tiara tertantang untuk mendaki Himalaya, gunung tertinggi di dunia, pada 2014. Tahun itu ia memutuskan untuk melakukan ekspedisi menaklukkan Puncak Kalapatthar, Everest Base Camp (EBC), Himalaya, untuk mengkampanyekan penyakit Lupus pada dunia.

Ia bersama buah hatinya Kemal Syakuranda, danpenyanyi jazz Veena Mutiram, yang keduanya juga seorang Odapus, didampingi Taruna Pecinta Slam (Trupala), memantapkan pendakiannya bertajuk Hike For Lupus, memperingati Hari Lupus Dunia 2014.

Tiara Savitri pengidap Lupus yang inspiratif. (Foto: Dok. Tiara Savitri)

Lewat kegiatan alam yang menantang itu, Tiara membuktikan bahwa menjadi odapus (orang dengan lupus) bukan berarti tak bisa melakukan aktivitas yang kerap dilakukan orang pada umumnya.

"Orang pasti mikir kok bisa, lupus kan tidak boleh terkena sinar matahari. Memang benar, tapi ada cara-cara yang bisa dilakukan agar kami ini bisa tetap beraktivitas di luar ruangan. Salah satunya pakai sunblock, topi, dan pakaian tertutup," ujarnya mengawali pembicaraan.

Tiara bercerita didiagnosis mengidap lupus pada 1987. Kala itu, ia masih duduk di bangku SMA dan belum memiliki cukup informasi seputar penyakit lupus.

"Dulu saya nggak tahu apa itu lupus. Dokter zaman dulu menjelaskannya singkat. Sembilan bulan di rawat di rumah sakit, gejala demam tinggi diduga tipus dikasi antibiotik sembuh pulang, lalu kambuh lagi," tambahnya.

Lupus Menggerogoti Nyaris Seluruh Tubuhnya
Beberapa lama barulah Tiara menyadari bahwa penyakit yang dideritanya tak sesederhana tipus. Ia mengatakan penyakit ini hampir menggerogoti seluruh tubuhnya.

Itu sebabnya tubuhnya menunjukkan aneka gejala yang mengaburkan diagnosis. Alasan ini pula yang membuat lupus juga disebut penyakit seribu wajah.

"Dokter mengatakan salah satu penyebabnya adalah paparan sinar ultraviolet. Itu sebabnya kami odapus, harus melindungi diri dari sinar matahari," lanjutnya lagi.

Hingga akhirnya, Tiara diminta menjadi narasumber untuk melakukan sosialisasi terkait lupus pada para kaum hawa yang akan melakukan program mendaki gunung pada 2012. Tak ingin hanya berperan sebagai narasumber, Tiara pun memberanikan diri untuk ikut mendaki.

Tiara Savitri bersama teman-teman yang hobi kegiatan alam. (Foto: Dok. Tiara Savitri)

Namun tentu saja ia berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter dan pelatih agar dapat mempersiapkan diri dengan baik.

"Pelatihnya sendiri saya jejali apa itu lupus. Perlu kepercayaan diri walau latihannya sama. Tapi pelatih perlu tahu, karena ada batas yang nggak bisa saya lakukan," ujar perempuan yang juga sebagai pendiri Yayasan Lupus Indonesia ini.

Berencana Mendaki Gunung Kilimanjaro
Satu demi satu gunung didaki, Tiara pun merasa, kegiatan alam ini memberi efek positif bagi perbaikan penyakitnya. Ya, ia merasa lebih bugar usai menjalani hobi mendaki gunung.

Pikirannya juga lebih fresh dan hal ini sangat dibutuhkan odapus agar lebih bisa mengelola penyakitnya. Namun tentu saja pendakian 11 gunung ini bukan tanpa kendala.

Saat kali pertama mendaki, Tiara mengaku mengalami serangan nyeri sendi di kaki yang sangat menyakitkan. Jangankan bergerak, menggeserkan kaki sedikit saja sudah membuatnya meringis kesakitan.

Untungnya Tiara membekali diri dengan obat-obatan sebelum mendaki. Ia juga dikuatkan oleh para pendaki lainnya sehingga mendapat energi positif untuk mengelola serangan.

Berselang 30 menit kemudian, serangan nyeri pun mereda. Tiara kembali melanjutkan pendakian.

"Kalau mendaki, separuh dari barang bawaan saya itu obat-obatan. Itu hal wajib yang saya persiapkan untuk meminimalisir serangan," ceritanya yang juga pernah menyabet gelar Juara Harapan II None Jakarta 1987.

Serangan yang muncul saat mendaki tidak membuat Tiara kapok. Bahkan Agustus mendatang, ia berencana mendaki gunung Kilimanjaro bersama putranya.

Tiara menjadi bukti, odapus bisa menaklukkan ketakutan dan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan orang pada umumnya.

"Kuncinya tetap bugar sebagai odapus adalah bagaimana mengelola stres, pola hidup dijaga. Konsumsi sayur, buah tiga kali sehari wajib. Jangan lupa olahraga minimal 30 menit sehari," jelasnya menutup perbincangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI