Bentuk masjid dan peraturan yang diberlakukan itu menjadi tantangan para pengurus, karena bangunan masjid yang tak umum, ditambah pernah pula masjid tersebut dituduh sebagai tempat menyebarkan aliran sesat.
"Pernah memang dituduh ada aliran sesat, karena bentuknya yang tak umkum dan tak terawat. Tapi, di sini hanya untuk berdzikir dan mendekatkan diri kepada-Nya," ungkap Agung.
Tak cuma itu Masjid Pintu Seribu juga memiliki cerita terkait ketidaksanggupan dalam menyelesaikan pembangunan masjid, karena anggaran yang tidak cukup dan wafatnya pencetus dari pembangunan masjid yang dimakamkan di masjid tersebut.
Kondisi itulah yang menyebabkan pembangunan akhir tak selesai dan menjadikan Masjid Pintu Seribu seperti bangunan kuno.
Bila Anda tertarik berkunjung, masjid ini hanya bisa diakses dengan kendaraan roda dua sekitar 12 kilometer dari Pusat. Pemerintahan Kota Tangerang, dengan waktu tempuh sekitar 15 sampai 20 menit. Untuk tiba di masjid ini Anda harus melewati gang kecil sekitar 100 meter.
Di sana, para pengunjung akan disambut oleh penjaga yang berada di depan untuk parkir dan mengisi buku tamu, sebelum berkeliling melihat bangunan Masjid Agung Nurul Yaqin.
Afana, pengunjung asal Bogor, Jawa barat, yang bertemu dengan Suara.com meski mengaku sedikit takut melihat bangunan masjid tua tersebut, namun ia kagum dengan arsitektur bangunan masjid yang dinilainya unik dan berbeda dari kebanyakan masjid.
"Kagum sih melihatnya, karena tinggi dan besar layaknya benteng, tapi saya takut juga melihatnya karena tidak seperti masjid, melainkan seperti bangunan tua peninggalan sejarah zaman perang gitu," ungkapnya.