Suara.com - Rentetan kejadian teror yang terjadi di Surabaya dan beberapa kota lainnya, membuat beberapa daerah menyatakan kondisi dalam keadaan siaga satu. Peristiwa ini dianggap dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan pariwisata.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai tujuan pariwisata mancanegara dan wisatawa lokal belum nampak berpengaruh besar atas aksi-aksi teror yang terjadi di Indonesia.
Menurut Putu Kartiyasa selaku kepala bidang promosi di Dinas Pariwisata DIY, sejauh ini dampak yang dimunculkan belum terlihat. Ia sudah berkoordinasi dengan pihak travel agen dan sejauh ini tidak ada tanda-tanda adanya penurunan jumlah wisatawan mancanegara maupun lokal untuk berwisata ke DIY.
"Saya sudah tanya ke agen travel, belum kelihatan (penurunan jumlah pariwisata). Baru dua hari, karena ke sini kan masuk wisata biasanya Juni sampai Agustus," ujar Putu Kartiyasa, saat di temui di kantornya di kawasan Malioboro.
Data dinas Pariwisata DIY mencatat ada sekitar 400.000 wisawatan asing yang berkunjung setiap tahunnya. Jika hitungan keseluruhan baik lokal maupun mancanegara pengunjung mencapai empat juta setiap tahunnya. Tujuan wisata terbanyak masih didominasi di daerah Parangtritis, Brobudur, Candi Prambanan dan Kraton.
Walaupun demikian, ia menegaskan memang perlu ada tindakan anstisipasi melalui kewaspadaan agar tidak mengganggu kenyaman wisatawan menikmati wilayah DIY. Sebab negara-negara lain sudah memberikan wanti-wanti kepada warganya untuk berhati-hati ke Indonesia.
"Lima negara memberitahu keadaan Indonesia seperti ini (bahaya), masing-masing negara memberitahu seperti negara Hong Kong, Inggris, Singapura," kata Putu
Satu sisi menurutnya, pintu masuk wisatawan ke DIY untuk jalur International melalui dua jalur pintu, yakni Malaysia dan Singapura sehingga mungkinkan menghamabat wisata untuk datang. Walaupun demikian pihaknya sudah melakukan antisipasi salah satunya dengan melibatkan polisi wisata untuk menjaga objek wisata.
"Wisatawan mancanegara itu kita dapatkan dari dua pitu masuk yang langsung yakni Malyasia dan Singapura. Memang kita harus ekstra wasapada, kepolisian sudah mengantisiasi, kita-pun punya polisi pariwisata untuk menjaga objek vital pariwisata,” ungkapnya. (Somad)