Suara.com - Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso meluncurkan produk kopi Kopi Jendral di Trafique Cafe, Jalan Hang Tuah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (8/5/2018) malam.
Ide pembuatan Kopi Jendral tersebut bermula saat Buwas mengunjungi dataran tinggi di Gayo, Aceh, Februari lalu. Buwas yang pada saat itu masih menjabat sebagai ketua BNN ingin merubah kebiasaan masyarakat Aceh dari menanam ganja menjadi menanam kopi.
"Kita menggiatkan masyarakat petani di Aceh khususnya di tempat ketinggian 1200 (meter di atas permukaan laut) yang selama ini menanam ganja karena digalang oleh pemodal-pemodal dari jaringan narkotika," kata Buwas.
Namun usai Buwas melepas jabatannya, ia teringat dengan program BNN tersebut. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk membuat produk Kopi Jendral dimana biji kopinya tersebut diambil dari para petani kopi di Aceh.
"Tujuan saya bukan bisnis, namun bagaimana saya berbuat ini karena akan berlaku di seluruh Indonesia, yang paling penting adalah melanjutkan program BNN tersebut," ujarnya.
Lebih lanjut Buwas melanjutkan Kopi Jendral ini akan ditawarkan kepada masyarakat dengan sistem waralaba. Nantinya masyarakat bisa membuka kedai Kopi Jendral hanya dengan modal 2 juta rupiah.
Buwas memaparkan harga Kopi Jendral per sachetnya sangat bervariatif sesuai dengan jenis kopinya sendiri. Hal tersebut disebabkan Buwas ingin mengedukasi masyarakat tentang kualitas kopi Nusantara.
"Nanti ada yang Rp2000, Rp5000 sampe yang Rp15.000. Tergantung kualitas kopi yang diminum. Masyarakat akan mengenal secara utuh bahwa ternyata kopi itu tidak sederhana, kenapa harganya berbeda karena kualitasnya berbeda, rasanya berbeda," paparnya.
Selain itu, dalam peluncurannya Kopi Jendral menawarkan 2 jenis kopi lokal, yakni kopi robusta Temanggung dan kopi Arabika Gayo. Ke depannya, Kopi Jendral akan tersedia dengan jenis kopi Flores Bajawa, Papua Wamena, dan Sumatera Mandailing.