Suara.com - Di sini, kita mengidentikkan jam makan siang anak di sekolah sebagai waktu istirahat sekaligus bermain. Hal ini berbeda dengan Jepang yang sudah satu langkah lebih maju dengan memanfaatkan jam makan siang anak di sekolah sebagai bagian dari pendidikan.
Ya, jam makan siang di sekolah di Jepang dikenal dengan istilah 'shokuiku', yang berarti 'pendidikan makanan dan gizi'.
Sejak sekolah dasar, anak-anak diajarkan untuk mengerti bahwa apa yang mereka masukkan ke dalam tubuh akan sangat memengaruhi performa mereka sepanjang hari, bagaimana cara mereka berpikir dan menjalani aktivitas hari itu.
Baca Juga: Kalau Jadi Cawapres, Nasib Anies Belum Tentu Semujur Jokowi
Sistem pendidikan di Jepang memang memprioritaskan anak-anak untuk makan siang di sekolah. Jika orang tua tidak mampu membayar biaya makan sebesar US$2,50 atau Rp35.000, anak mereka tetap bisa mengikuti program makan siang gratis yang disiapkan pihak sekolah.
"Sudut pandang Jepang adalah bahwa makan siang di sekolah merupakan bagian dari pendidikan," kata Masahiro Oji, direktur pendidikan kesehatan sekolah kepada Washington Post.
Tidak sama seperti jam istirahat, saat makan siang di sekolah dasar Jepang, anak-anak hanya punya waktu untuk duduk dan makan.
Anak-anak akan melayani satu sama lain dalam upaya mengasah kemandirian anak. Di banyak sekolah, hampir tidak ada petugas kebersihan. Anak-anak belajar untuk mengurus dirinya sendiri.
Baca Juga: Gadis Palestina Hilang di Ciputat, Diduga Dilarikan Warga Irak
Makan siang di sekolah di Jepang dilengkapi dengan nasi, lauk pauk, dan sup. Tapi, beberapa sekolah ada juga yang menyediakan makanan ala Korea atau Italia setidaknya sekali seminggu.
Dengan memerhatikan asupan makan siang siswanya, Jepang berharap bukan hanya siswa yang sehat secara fisik yang akan didapat oleh negara tersebut, tapi juga siswa yang terbiasa bertanggung jawab dan memiliki kebiasaan makan yang sehat. Tak heran, kan, jika harapan hidup masyarakat Jepang termasuk yang tertinggi di dunia, dan tingkat obesitas penduduknya jauh di bawah rata-rata tingkat obesitas global.