Tren Olahraga Memicu Perempuan Melakukan Bedah Plastik Vagina

Vania Rossa
Tren Olahraga Memicu Perempuan Melakukan Bedah Plastik Vagina
Ilustrasi kelas bersepeda. (Shutterstock)

Permintaan bedah plastik vagina atau yang labiaplasty meningkat pada perempuan yang suka berolahraga.

Suara.com - Tren spin class atau kelas bersepeda di gym diduga menjadi pemicu meningkatnya permintaan bedah plastik vagina atau yang dikenal sebagai labiaplasty.

Menurut salah seorang ahli bedah, peningkatan permintaan itu berkaitan dengan perempuan yang menjadi lebih sadar akan anatomi vagina mereka saat duduk di atas sepeda stasioner.

Ahli bedah plastik, Dr. David L Cangello, bicara soal prosedur mengurangi labia minora dan / atau labia mayora (lipatan kulit yang mengelilingi bibir vagina) dan bagaimana prosedur labiaplasty ini melonjak 39 persen pada tahun 2016 terkait dengan tren olahraga tertentu, seperti dilansir dari The Independent.

Menurut Dr. Cangello yang melakukan 20 sampai 30 prosedur labiaplasty dalam setahun, "Perempuan yang aktif cenderung menyukai penampilan mereka."

Baca Juga: Aquabike Jetski World Championship 2024, Pembalap Prancis Juara 1 dan Indonesia Masuk 10 Besar

Jika sebelumnya alasan perempuan melakukan bedah plastik hanyalah bersifat kosmetik, kini faktor kenyamanan juga berperan besar.

Dr. Cangello memperkirakan permintaannya sebesar 50:50, antara faktor kosmetik dan faktor kenyamanan. “Ini adalah kombinasi dari dua alasan, karena alasan utama para perempuan menginginkan labiaplasty bukanlah ketidaknyamanan, tetapi dimulai dengan persoalan estetika. Kemudian, ketika mereka juga merasa tidak nyaman, mereka pun terdorong untuk mencari cara untuk mengatasinya, yaitu melalui labiaplasty," katanya.

Jadi, kenapa terjadi peningkatan permintaan labiaplasty? Menurut Dr. Cangello, kemungkinan besar karena beberapa faktor. "Nomor satu adalah banyak orang membicarakannya. Dan yang kedua, tren perawatan vagina masa kini sudah berubah," katanya.

"Labiaplasty telah menjadi tren perawatan, dimana para perempuan menginginkan segala sesuatunya bersih, rapi, dan ramping," kata Dr. Cangello.

Dia melanjutkan, "Operasi plastik tidak lagi soal estetika. Sekarang ini, alasannya bisa sesederhana karena perempuan menemukan ketidaknyamanan ketika mereka bersepeda atau melakukan olahraga lainnya.”

Baca Juga: Biar Masyarakat Rajin Olahraga, RK Mau Pasang Alat Gym di Ruang Publik jika Jadi Gubernur Jakarta

Tapi sebenarnya, seberapa serius prosedur labiaplasty ini? Meskipun terdengar menyakitkan, menurut Dr. Cangello, prosedur ini relatif sederhana yang dapat dilakukan dengan anestesi lokal.

Setelah dibius, prosesnya hanya memerlukan satu dari dua teknik, yaitu teknik menggunting atau teknik mengiris. Dr. Cangello biasanya memilih teknik mengiris, yang berarti mengeluarkan irisan labia.

Meski ada potensi ketidaknyamanan yang bakal terjadi, mengingat itu adalah daerah yang sensitif, namun proses penyembuhannya cukup cepat.

Menurut Dr. Cangello, "Biasanya jika ada rasa sakit atau nyeri, itu hanya berlangsung beberapa hari sampai seminggu." Dan dalam empat minggu, Anda bisa kembali beraktivitas secara normal.

Biasanya, setelah melakukan prosedur labiaplasty, para perempuan mengaku menjadi lebih nyaman saat berolahraga, terutama ketika mereka duduk di atas sadel sepeda.

Jika Anda tertarik dengan prosedur labiaplasty, siapkan dulu kocek sekitar US$ 4.000 sampai US$ 6.000, yang setara dengan Rp55 juta sampai Rp82 juta.