Orang Zaman Now Pilih Internet, Bagaimana Nasib Perpustakaan?

Senin, 12 Maret 2018 | 18:30 WIB
Orang Zaman Now Pilih Internet, Bagaimana Nasib Perpustakaan?
Perpustakaan Nasional RI yang memiliki 24 lantai ini berlokasi di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta. (Suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Untuk mencari informasi secara cepat dan instan, masyarakat zaman now yang melek teknologi lebih memilih membuka mesin pencari Google atau yang sejenis. Bahkan, beberapa penelitian pun kini juga bersumber dari riset elektronik yang dapat diunduh melalui situs internet.

Lalu kira-kira bagaiamana nasib perpustakaan? Kepala Pusat Pengembangan Pustakawan Perpustakaan Nasional, Dra Opong Sumiati menjawab dengan sangat yakin bahwa perpustakaan tak akan terpengaruh. Alasannya, para pelajar yang mengenyam pendidikan formal, informal dan non formal akan tetap merujuk pada buku yang tersimpan di perpustakaan.

"Tidak ada negara yang berhasil kalau perpustakaannya nggak bagus. Di Paris perpustakaan jadi ikon wisata. Kita kemana-mana yang dilihat masih museum nasional. Semoga nanti Perpustakaan Nasional bisa jadi ikon Indonesia," ujar dia dalam temu media di Perpustakaan Nasional, Senin (12/3/2018).

Optimistis Opong cukup beralasan. Meski tak sepopuler profesi lain seperti dokter hingga pengacara, pustakawan juga merupakan profesi tanpa tanda jasa. Guru, bisa memiliki banyak ilmu jika memperluas wawasannya melalui buku-buku di perpustakaan.

Baca Juga: Deddy Corbuzier Dapat Penghargaan dari KPI

"Waktu saya masuk puluhan tahun lalu, dari 100 peminat pustakawan yang dipilih 30 orang. Beberapa tahun ke belakang peminatnya sampai ribuan. Jadi memang pustakawan ini pendukung keberhasilan pendidikan," terangnya.

Pustakawan sendiri berperan dalam menentukan informasi yang terpercaya bagi masyarakat. Di era globalisasi seperti ini, pustakawan juga dituntut melek teknologi dan melawan informasi hoax dengan memilah mana informasi berbasis riset mana informasi yang tak bisa dipertanggungjawabkan.

"Pustakawan harus tahu situs mana yang valid yang terpercaya. Mana yang dari penelitian, ilmiah, dari perguruan tinggi, litbang mana yang dari blog. Pustakawan nanti nengarahkan ambilnya kesini. Itu hanya didapat pustakawan," tandas Opong.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI