Suara.com - Jika ditanya mengenai cita-cita, sebagian besar generasi milenial tentu bergumam ingin mendirikan perusahaan start up, youtuber, influencer hingga profesi lainnya yang syarat dengan teknologi.
Namun tidak demikian dengan Adi Pramudya. Pemuda berusia 25 tahun ini justru merantau dari Pati, Jawa Tengah ke Jakarta untuk menjadi seorang petani.
Ya, musibah yang melanda toko kelontong milik sang ibu delapan tahun yang lalu membuatnya tak ingin membebani keuangan keluarga.
Adi sendiri mengaku mendapat beasiswa melanjutkan perguruan tinggi di Universitas Telkom di Bandung, Jawa Barat. Namun ia berpikir panjang bahwa tentunya uang saku yang dibutuhkannya hidup di kota Kembang tak sedikit.
Baca Juga: Setelah Deddy, Giliran Kalina Bongkar Kelakuan Chika Jessica
"Saya memilih merantau ke Jakarta, karena ada kakak di Jakarta. Jadi untuk tempat tinggal saya nggak begitu mikirin, tinggal usaha untuk menghidupi diri dan bayar uang kuliah," ujar Adi pada Suara.com di sela-sela acara talkshow 'Go-Young Farmers' yang dihelat Bayer di Jakarta belum lama ini.
Bekerja Serabutan Demi Biaya Kuliah
Ia kemudian bekerja serabutan untuk mengumpulkan pundi-pundi tabungan demi melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah.
Adi mengaku pernah berjualan pisang cokelat, jus buah hingga sales sabun deterjen. Uang yang diperolehnya digunakan untuk membayar biaya masuk perguruan tinggi swasta di Depok.
"Tapi usaha jus buah, piscok saya bangkrut. Saya kehabisan modal. Lalu saya iseng jalan-jalan ke Jonggol, Jawa Barat dan menemukan banyak lahan yang terbengkalai," tambah dia.
Adi memang pintar melihat peluang. Sembari kuliah, ia memberanikan diri meminta modal pada sang kakak agar bisa menanam singkong di lahan yang disewanya di Jonggol. Tak main-main, meski saat itu usianya belum genap 20 tahun, Adi nekat menyewa lahan satu hektar.
Baca Juga: Sudah 13 Tahun Dastin Tak Beri Kabar Setelah Jadi TKI di Yordania
Padahal ia tak punya pengalaman sedikitpun soal tanam-menanam. "Saya dibantu petani setempat karena jurusan saya teknik industri. Tapi saya juga belajar otodidak lewat jurnal-jurnal pertanian, jadi bisa kasih arahan ke petani bagaimana cara bertani yang bagus," tambah Adi.
Meski untung, ia tak mau berdiam diri di zona nyaman. Adi mencari tahu tanaman lain yang lebih menguntungkan untuk dibudidayakan. Hingga akhirnya Adi beralih menanam rempah-rempah.
Petani Rempah dan Peternak Ayam
Ia memulai dengan menanam lengkuas hingga berkembang ke bahan rempah lain seperti jahe dan kencur. Sebagai gambaran, dalam satu hektar tanah hasil panen singkongnya bisa mencapai 15-20 ton, namun ketika beralih ke lengkuas Adi berhasil memanen hingga 30-40 ton.
Kini Adi mengelola 27 hektar. Bisa dibayangkan berapa rupiah keuntungan yang berhasil diraup Adi di usianya yang masih sangat muda.
"Sebanyak 30 ton kali Rp 2000 per kilogram bisa Rp 60 juta per hektar. Permintaan bahan rempah lebih unlimited. Saya juga ekspor ke Shanghai dalam bentuk rajang kering untuk obat dan kuliner juga," tambah dia.
Tak hanya bertani rempah, Adi kini juga menjajal bisnis peternakan ayam broiler bersama teman-temannya. Ia pun berhasil meraup omset hingga Rp 9 Miliar tiap memanen ayam broiler yang hanya membutuhkan waktu 35 hari untuk siap dipotong.
Adi mengaku tak pernah bermimpi menjadi petani. Namun kini ia bersyukur bisa memilih profesi ini, karena selain meraih keuntungan yang begitu banyak, menjadi petani juga dinilainya sebagai ibadah.
"Kalau ditanya asyiknya jadi petani, selain profit saya mikir lebih ke ibadah. Ketika tanaman kita dimakan banyak orang itu jadi sel, jadi darah di tubuhnya dan saya dapat amal jariyah yang tidak akan putus," tambah lelaki yang telah menyelesaikan studi S2-nya di bidang psikologi industri.
Atas keberhasilannya menjadi petani muda, Adi pun berhasil mendapat penghargaan sebagai Young Heroes oleh Program Kick Andy yang dipilih dari seluruh Indonesia.
Ia pun berpesan pada generasi muda agar tak menganggap remeh profesi petani karena selain menguntungkan, juga dapat menjadi pahlawan ketahanan pangan di negara sendiri.
"Buat temen-temen, jangan malu jadi petani karena bidang ini jantung bagi negara. Kita berperang bukan dengan penjajah, tapi jadi pahlawan di negara sendiri untuk menyediakan pangan bagi ratusan juta orang," ujarnya memberi pesan.