"Kalau tur dengan Komunitas Jelajah Budaya memang beda, karena kita diajak lebih mengenal tempat-tempat bersejarah secara langsung. Ada pemandu tur yang menjelaskan ini bangunan berdiri kapan, sejarahnya gimana. Seru, yang nggak mungkin kita dapat kalau menjelajah sendiri," kata Kathrine.
Kartum mengakui bahwa tantangan dalam mengembangkan komunitas ini adalag bekal riset yang cukup tentang tempat-tempat yang didatangi. Tak sedikit pula pesertanya yang kritis dan menyenangi sejarah sehingga mendorongnya untuk terus memperkaya wawasan sejarah.
"Kebetulan background saya sejarah dan arkeologi UI, jadi memang sudah punya ilmu mengenai sejarah bangunan tua. Tapi tentu saja harus terus belajar karena tur yang kita handle kan tidak hanya di Jakarta tapi kota-kota lainnya seperti Bogor, Tanggerang, Rengasdengklok, Cilacap, Karanganyar, Sangiran, Semarang, Ambarawa, Malang," tambah dia.
Baca Juga: Kata Ivan Gunawan Soal Fesyen Cetar Syahrini
Kini hampir 15 tahun berdiri, Komunitas Jelajah Budaya telah beranggotakan sekitar 7500 orang. Anggotanya pun tak hanya orang dewasa atau paruh baya, tapi juga anak-anak muda. Biasanya motivasi anak-anak muda mengikuti jelajah budaya bermula dari keinginan untuk eksis di media sosial.
"Karena kan bisa foto-foto, posting ke media sosial. Tapi tidak masalah, karena mencintai sejarah bisa dimulai dari hal kecil apapun," tambah Kartum.
Kegiatan jelajah budaya yang dilakukan Kartum dan rekan-rekannya biasanya dihelat ketika ada momen spesial seperti Imlek, Cap Go Meh, hingga Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI. Namun di luar momen, mereka juga mengadakan jelajah budaya sebulan sekali atau dua bulan sekali.
"Kita biasa ngajak lewat Facebook, Milis, atau WhatsApp. Kalau di Jakarta pesertanya bisa 100 orang, tapi kalau luar kota ya 50 orang-an ada," tambah dia.
Jika Anda tertarik untuk berplesir sekaligus menjelajah tempat-tempat bersejarah dan budaya lokal, yuk, bergabung dengan Komunitas Jelajah Budaya!
Baca Juga: Terus Bikin Gol, Salah Jadi Pemain Terbaik Inggris bulan Februari