Milenial Bisa Menjadi Petani Muda yang Sukses, Ini Kuncinya

Kamis, 08 Maret 2018 | 19:59 WIB
Milenial Bisa Menjadi Petani Muda yang Sukses, Ini Kuncinya
Talkshow 'Go-Young Farmers' yang dihelat Bayer di Jakarta, Kamis (8/3/2018). (Suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Joko Widodo pernah mengungkapkan kegelisahannya tentang masa depan dunia pertanian Indonesia, mengingat banyak sarjana pertanian yang justru bekerja sebagai pegawai bank. Kekhawatiran Presiden Jokowi ini cukup beralasan, karena petani punya andil cukup besar dalam ketahanan pangan nasional.

Data BPS 2013 bahkan mencatat sekitar 61 persen petani Indonesia berusia di atas 45 tahun. Masih banyak generasi milenial yang menganggap profesi sebagai petani tidak keren dan memiliki masa depan suram dibandingkan profesi lainnya.

Padahal menurut Dr Bayu Krisnamurthi, Dosen Agribisnis di lnstitut Pertanian Bogor, menjadi petani merupakan profesi yang sangat menguntungkan di tengah lonjakan penduduk yang terjadi di Indonesia. Ia menjelaskan, pada 2045 diprediksi jumlah penduduk Indonesia bertambah 100 juta dari jumlah saat ini.

"Ketika penduduk bertambah, maka kebutuhan akan bahan pangan juga meningkat. Lalu siapa yang mau menyediakan kalau bukan petani. Itu sebabnya saya bilang jadi petani itu keren dan kaya raya," ujar Dr Bayu pada acara talkshow 'Go-Young Farmers' yang dihelat Bayer di Jakarta, Kamis (8/3/2018).

Baca Juga: Statistik & Fakta Menarik Jelang AC Milan vs Arsenal

Ia pun mengurai beberapa cara generasi milenial bisa menjadi petani muda yang sukses. Pertama adalah memulai. Bayu mengatakan generasi milenial sebenarnya lebih kreatif dibandingkan generasi sebelumnya, namun terkadang ide itu hanya tersimpan dalam pikiran saja.

"Kedua, ambil ide yang nggak biasa. Lihat peluang yang ada dan lakukan. Gunakan teknologi agar bisa mempermudah kerja kalian sebagai petani yang cerdas," tambah dia.

Kemudian, Bayu juga mengajak generasi milenial unuk melibatkan masyarakat sekitar. Salah satunya dengan mengajak petani lain dan berbagi ilmu sehingga kesuksesan tidak hanya dirasakan sendiri, tapi juga untuk orang lain.

Dalam kesempatan yang sama, Jens Hartmann, Head of Region APAC 1 Crop Science Division, Bayer, mengatakan bahwa Indonesia harus meningkatkan daya tarik profesi petani agar dapat mengajak kaum muda terlibat di pertanian, salah satunya adalah melalui modernisasi pertanian.

"Generasi muda adalah kunci, dan pertanian modern adalah solusi untuk menarik generasi muda untuk terlibat dalam bisnis pertanian," kata dia.

Baca Juga: Pekan Depan, Rektor UIN Yogyakarta Umumkan Kebijakan Cadar Baru

Jeans menambahkan, pertanian digital sendiri merupakan teknologi yang dapat memudahkan pengambilan keputusan secara praktis dan bermanfaat, sehingga manajemen risiko di bidang pertanian menjadi lebih mudah dan membantu meningkatkan potensi keuntungan secara berkelanjutan.

"Digital Farming dapat membantu meramal cuaca, menetapkan waktu dan volume yang tepat dalam mengaplikasikan produk perlindungan tanaman dan pemupukan, dan rekomendasi dapat dibuat khusus bagi masing-masing petani di lahan yang berbeda. Pertanian digital juga memungkinkan peningkatan hasil panen dengan meminimalkan dampak pertanian pada lingkungan hidup," tambah dia.

Bayer sendiri, kata Jeans, telah memiliki program Pelatihan Kejuruan Pertanian di Merauke untuk menarik anak-anak muda terjun di bidang pertanian. Pada program ini, para siswa akan diberi kesempatan melakukan praktik untuk menjadi usahawan di bidang pertanian yang dibimbing oleh praktisi profesional.

"Kami merancang program ini bagi siswa sekolah menengah kejuruan untuk meningkatkan keterampilan mereka agar selaras dengan standar industri. Modul pelatihan dalam program ini dirancang bersama oleh industri dan sekolah kejuruan," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI