Suara.com - Kopi merupakan salah satu minuman yang tak pernah lekang oleh waktu. Tak hanya orang tua, anak muda pun kini mulai keranjingan dengan minuman satu ini. Terlebih, belakangan kopi susu menjadi tren di Indonesia.
Sebenarnya, disampaikan Ketua Umum Koperasi Komunitas Kopi Indonesia (KOKOPI), Ronald Fredriek Rivelino Suorapto, Indonesia tak hanya sebagai konsumen kopi terbanyak tapi juga pantas disebut penghasil kopi terbesar di dunia.
Menilik sejarah, Ronald menyebut kopi Indonesia pernah menjadi nomor satu di dunia pada 1722 atau sekitar 300 tahun lalu. Tapi kini Indonesia hanya menempati posisi empat dunia sebagai negara penghasil kopi terbesar setelah Brazil, Columbia dan Vietnam.
"Secara geografis, Indonesia memang nomor satu sejak zaman Belanda. Setelah Belanda pergi sampai sekarang, kita nggak pernah lagi nomor satu. Pertanyaannya, pertama, kenapa mesti di zaman Belanda kita menjadi nomor satunya? Apa sekarang kita nggak bisa?" ujar Ronald ketika ditemui Suara.com beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Zaman Belanda, Indonesia Penghasil Kopi Terbesar Dunia, Sekarang?
Untuk kembali mendorong Indonesia sebagai penghasil kopi nomor satu dunia, Ronald bersama para penggiat kopi lainnya menggandeng petani, pedagang dan penikmat kopi dalam satu wadah bernama Komunitas Koperasi Indonesia.
Komunitas yang berdiri sejak 7 Juni 2017 lalu ini sudah menjangkau anggota dari 11 propinsi. Ronald mengatakan total sekitar 96 anggota Kokopi yang berasal dari berbagai latar belakang namun disatukan dengan visi yang sama untuk memperkuat pamor kopi Indonesia agar bisa menjadi yang paling unggul di dunia.
Foto: Kokopi. [Suara.com/Firsta Nodia]
"Visi kami mengembalikan kopi Indonesia menjadi nomor satu di dunia dari sisi kuantitas produksi dan kualitas," tambah dia.
Baca Juga: Kopi Durian, Pelepas Lelah dan Peningkat Libido Lelaki
Kokopi sendiri, tambah Ronald memiliki berbagai kegiatan untuk mencapai visi tersebut. Beberapa waktu lalu misalnya, mereka menggelar acara Kopi United yang bertujuan membuka cakrawala dan cara pandang para peserta maupun pengunjung akan keanekaragaman Kopi Indonesia serta potensi bisnisnya.
Setidaknya, tambah Ronald, ada sekitar 15 nomenklatur bisnis kopi Indonesia mulai dari penanaman, pengolahan paska panen, penjualan biji dan bubuk kopi, pengelolaan Kedai Kopi, desain dan perlengkapan Kedai Kopi, merchandise, oleh-oleh khas daerah, lukisan, pengharum ruangan, hingga sebagai bahan campuran pembuat pakaian.
Foto: Kokopi. [Suara.com/Firsta Nodia]
"Acara Kopi United kemarin juga kesempatan bagi kami mempertemukan anggota koperasi dengan konsumen secara langsung dan memperkenalkan pentingnya kegiatan bisnis offline dan online pada petani dan pegiat kopi di Indonesia," tambah dia.
Tak hanya itu, Kokopi, lanjut Ronald juga memiliki program pelatihan barista bagi para narapidana. Harapannya, setelah menjalani masa tahanan, para narapidana ini memiliki keahlian untuk bertahan hidup di tengah stigma negatif di masyarakat.
"Jadi pelatihannya di Rutan Cipinang selama satu minggu. Ketika masa hukuman selesai nanti bisa magang di kedai kopi para anggota koperasi. Jadi mereka punya bekal keahlian setelah lepas dari penjara," tambah dia.
Kokopi juga memiliki program Institute Kopi. Rencananya, tambah Ronald, kegiatan Institute Kopi yang memfasilitasi petani kopi bertemu customer akan dipusatkan di Blom M Square. Selain itu bagi para penikmat kopi pemula juga bisa bertanya langsung mengenai jenis kopi dari Gayo sampai Wamena langsung dengan ahlinya di Institute Kopi ini.
Foto: Kokopi. [Suara.com/Firsta Nodia]
"Harapannya, semua program kami bisa membantu menyejahterakan petani kopi, dan nanti hasilnya turut meningkatkan pamir kopi Indonesia di mata dunia," tandas Ronald.