"Saya minta dengan sangat bendesa untuk melarang pementasan Joged jaruh. Mari sama-sama tingkatkan kewaspadaan kita. Di Jembrana belum tercemar, saya berharap Jembrana tetap menjaga ajegnya Bali. Sebab Jembrana benteng pertama dari pengaruh luar," katanya.
Senada dengan Prof Suarjaya, budayawan Bali, Prof Dr I Wayan Dibia mengatakan, ini tidak saja hanya terjadi di tarian joged, melainkan dalam kehidupan kesenian, sudah banyak ada transfer aksi jaruh ke kesenian lain, seperti bondres dan kesenian lainnya yang umumnya menggunakan peran liku.
"Ini tidak kalah serunya bisa mencoreng warna budaya Bali, karena peran-peran itu juga melakukan aksi-aksi jaruh. Mengapa itu terjadi? Karena penari tersebut menganggap aman melakukan hal itu karena dirinya lelaki. Namun sesungguhnya di mata publik mereka memerankan tokoh perempuan. Ini juga harus kita waspadai bersama," katanya. [Antara]
Baca Juga: Ini Dia Pemenang "Wajah Pesona Indonesia"