Ini Transgender Pertama di Dunia yang Bisa Menyusui

Kamis, 15 Februari 2018 | 15:21 WIB
Ini Transgender Pertama di Dunia yang Bisa Menyusui
Ilustrasi ibu menyusui. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang perempuan transgender, baru saja menjadi transgender pertama di dunia yang menyusui bayinya setelah menjalani perawatan hormon.

Perempuan berusia 30 tahun tersebut mengunjungi Tamar Reisman dan Zil Goldstein dari Pusat pengobatan dan operasi Transgender di Mount Sinai Center New York.

Dia menjelaskan bahwa pasangannya sedang hamil tapi tidak mau menyusui, jadi dia berharap bisa berperan saat bayi mereka lahir.

Pasien tersebut telah mengikuti perawatan hormon feminisasi sejak 2011.

Baca Juga: Ini Segala Kontroversi yang Pernah Dibuat Roro Fitria

Namun, Reisman dan Goldstein menyatakan dalam sebuah laporan kasus yang diterbitkan dalam jurnal Transgender Health, dia tidak menjalani operasi perubahan jenis kelamin seperti pembesaran payudara, orchiectomy, atau vaginoplasty.

Pasien diinstruksikan untuk mengonsumsi 10 miligram domperidone tiga kali sehari, yang diperoleh dari Kanada.

Dia juga awalnya diberitahu untuk menggunakan pompa payudara selama lima menit di setiap payudara tiga kali sehari.

Selama tiga setengah bulan, dosis domperidone, micromised progesteron, dan estradiol meningkat dan menurun seiring dengan penggunaan pompa payudara.

Saat bayi lahir, pasien menjadi satu-satunya sumber nutrisi selama enam minggu pertama hidupnya, karena ia mampu menyusui bayinya secukupnya.

Baca Juga: Istri Fachri Albar Sudah Jalani Tes Urine, Ini Hasilnya

Menurut studi kasus tersebut, dokter anak yang menangani bayi mereka mengonfirmasi bahwa bantuan ASI pasien berhasil membuat bayi berkembang dan sehat dengan baik.

Tapi sebenarnya, pada tahun 2004, Administrasi Makanan dan Obat Amerika Serikat mengeluarkan peringatan mengenai distribusi domperidone karena bisa menyebabkan berbagai risiko kesehatan.

Reisman dan Goldstein mengakui bahwa mereka harus lebih banyak lagi melakukan penelitian untuk menentukan apakah metode mereka untuk mendorong ASI dapat dicapai tanpa menggunakan domperidone yang diimpor dari negara lain.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI