Suara.com - Tak bisa dipungkiri Sumatera Barat merupakan salah satu kawasan terindah di Pulau Sumatera. Provinsi ini memilki objek wisata yang begitu lengkap, mulai danau, laut, air terjun, gunung, budaya dan kuliner yang lezat. Namun dari begitu banyak destinasi wisata di Sumatera Barat, Nagari Pariangan merupakan secuil surga yang tersembunyi.
Nagari Pariangan adalah sebuah desa kuno yang indah dan terletak dilereng gunung Merapi yaitu Desa Pariangan, yang berada di kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pariangan merupakan nagari tertua di ranah Minang.
Nagari Pariangan dapat anda tempuh sekitar tiga jam dari Padang, Ibu Kota Propinsi Sumatera Barat. Lokasi ini berjarak sekitar 14 km dari Kota Batusangkar, Ibukota Kabupaten Tanah Datar.
Keberadaan Nagari Pariangan sebetulnya sudah diketahui sejak beberap tahun lalu. Namun baru belakangan inilah Nagari Pariangan semakin banyak dikunjungi pendatang. Tak hanya turis lokal, tapi turis dari mancanegarea pun kerap mampir di sini.
Saat pelaksanaan Tour de Singkarak, event balap sepeda internasional misalnya, Nagari Pariangan ini tak luput menjadi salah satu destinasi mereka.
Namun keberadaan Nagari Pariangan makin mencuat setelah dikunjungi Presiden Joko Widodo, Jumat (9/2/2018). Hari ketiga berada di Ranah Minang, Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo setelah bermalam di Kabupaten Tanah Datar, akhirnya menyempatkan diri menyambangi Desa Terindah, Nagari Pariangan.
Sebetulnya apa yang menarik dari Nagari Pariangan? Pariangan merupakan nagari tertua di Minangkabau dan berada tepat di lereng Gunung Marapi. Mengacu, Budget Travel, media pariwisata internasional yang sudah cukup lama eksis, Pariangan termasuk dalam daftar desa terindah dunia. Selain Nagari Pariangan, desa-desa lain yang masuk kelompok terindah di dunia versi majalah itu adalah Desa Wengen di Swiss, Eze (Prancis), Niagara on The Lake (Kanada), dan Cesky Krumlov (Ceko).
Nagari Pariangan tidak hanya menyuguhkan pemandangan mempesona, tapi juga memiliki suasana tenang dan udara yang sejuk karena berada di ketinggian 500 – 700 meter di atas permukaan laut.
Saat mengunjungi desa ini pada November 2016, Suara.com langsung disuguhi pemandangan indah serta budaya dan arsitektur bangunan yang masih terjaga hingga hari ini. Suara.com menemukan bahwa sebagian besar warga di Pariangan masih menggunakan bangunan tradisional Minangkabau, yakni Rumah Gadang. Beberapa Rumah Gadang bahkan sudah berusia ratusan tahun.
Salah satu yang bangunan yang menonjol adalah keberadaan Masjid Ishlah. Masjid kuno ini memperkaya warisan budaya kuno Minangkabau yang ada di Nagari Pariangan. Di Nagari ini juga terdapat situs cagar budaya baru Tungku Tigo Sajarangan.
Keindahan Nagari Pariangan semakin lengkap karena dikelilingi perkebunan jagung dan beberapa tanaman lain yang hijau asri. Hanya saja keberadaan penduduk di Nagari Pariangan tidak banyak sehingga desa kuno ini terasa sepi.
Warga di Nagari Pariangan memiliki kebiasaan mandi bersama-sama di tempat pemandian umum atau yang biasa disebut tapian mandi yang bisa anda temukan di depan Masjid Ishlah. Terdapat satu tapian mandi untuk perempuan yang diberi nama Rangek Subarang, serta dua tapian mandi untuk laki-laki bernama Rangek Gaduang dan Rangek Tujuah. Selain untuk mandi, tempat ini juga dimanfaatkan sebagai tempat mencuci.
Selain itu, kondisi infrastruktur jalan menuju Nagari Pariangan juga belum memadai. Selain jalan raya aspal kecil, tidak tersedia lahan parkir yang luas bagi pengunjung yang sekiranya membawa mobil atau menyewa bus besar.
Bagi anda yang tengah berkunjung ke Sumbar, ayo jangan lewatkan untuk mengunjungi desa kuno yang indah ini.