Suara.com - Malam nanti, tepatnya 31 Januari 2018 menjadi hari yang dinantikan bagi para pecinta fenomena alam gerhana bulan. Karena, setelah matahari terbenam, sebuah peristiwa alam yang disebut sebagai super blue blood moon akan berlangsung.
Spesialnya, kejadian ini akan mengombinasikan tiga fenomena alam secara bersamaan, yaitu blue moon (bulan biru), super moon (bulan super besar) dan total lunar eclipse (gerhana bulan total). Kejadian yang sangat langka itu baru terjadi kembali dalam kurun waktu 152 tahun.
Menurut sejumlah laporan, terungkap bahwa telah ada bukti tentang pergerakan bulan yang berpengaruh terhadap fungsi fisiologis dan perilaku berbagai makhluk hidup yang mencakup burung, ikan, hewan dan kehidupan makhluk laut.
Baca Juga: Keren! BMW i8 Bergambar Joker Ini Dijual Rp4 M
Sebuah penelitian yang cukup luas sudah dilakukan untuk mengetahui tentang pola tidur manusia yang terkena dampak pada fase bulan.
Para periset menemukan beberapa perubahan signifikan dalam pola tidur yang dikaitkan dengan bulan purnama.
Dilaporkan bahwa terjadi pengurangan durasi tidur di antara para responden, sebesar 20 menit dibandingkan dengan hari-hari lainnya.
Dalam pengamatan pola tidur ini juga diketahui bahwa responden mengambil waktu lima menit lebih lama untuk tidur jika dibandingkan dengan hari-hari lainnya.
Ditemukan juga bahwa ada perubahan lain, yaitu responden memiliki gelombang tidur yang lebih lambat dan mereka lebih lama mencapai fase REM (Rapid Eye Movement) tidur saat gerhana bulan.
Baca Juga: Sandy Tumiwa Laporkan Akun Instagram Milik Tessa Kaunang
menghabiskan lebih sedikit waktu dalam tidur gelombang lambat dan terlihat butuh waktu lebih lama untuk mencapai fase tidur REM pada malam bulan purnama.