Dyah Pratitasari, Wartawan yang Bermetamorfosa Jadi Doula

Senin, 22 Januari 2018 | 12:22 WIB
Dyah Pratitasari, Wartawan yang Bermetamorfosa Jadi Doula
Dyah Pratitasari, seorang Doula sekaligus Guru Prenatal dan Postpartum Yoga, dan Konselor Menyusui. (Foto: Dok. Dyah Pratitasari)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Momen melahirkan bagi setiap perempuan membawa ceritanya tersendiri. Selain memiliki peran dan sebutan baru yang membawa suka cita, melahirkan juga membuat seorang perempuan, termasuk Dyah Pratitasari merasa penuh syukur.

Rasa syukur inilah yang membuat perempuan berhijab ini akhirnya terjun secara khusus menjadi Guru Prenatal dan Postpartum Yoga, Doula Melahirkan dan Konselor Menyusui dalam sebuah wadah yang ia namakan Teman Lahiran.

"Dikasih kesempatan belajar selama sembilan bulan hamil dengan segala ketidaknyaman dan perubahan yang hadir, mengajak saya belajar bahwa ketika saya melahirkan bayi, ternyata pada momen itu juga sebenarnya saya dan suami juga "dilahirkan" menjadi seseorang yang baru," kisah perempuan yang akrab disapa Prita pada Suara.com, belum lama ini.

Sayangnya, lanjut dia dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas, kebanyakan ibu tidak mengetahui bagaimana mereka bisa mendapatkan momen kehamilan yang sehat dan berkualitas, juga mendapatkan pengalaman bersalin semaksimal dan sealami mungkin.

Dyah Pratitasari, seorang Doula sekaligus Guru Prenatal dan Postpartum Yoga, dan Konselor Menyusui. (Foto: Dok. Dyah Pratitasari)

Bahkan, banyak ibu, kata dia yang mengalami trauma pascamelahirkan, termasuk dirinya, saat melahirkan buah hatinya yang pertama. Saat dinyatakan hamil, kebanyakan ibu hanya berfokus untuk mencari rumah sakit dan dokter yang paling bagus. Rutin menjalani kontrol dan minum semua vitamin yang diresepkan, kata Prita, adalah hal yang cukup.

"Waktu itu saya masih jadi wartawan, saya diberi kesempatan untuk belajar. Di Indonesia walau banyak rumah sakit bagus, dokter bagus tapi angka kematian ibu dan bayi masih tinggi. Di situ saya nemu bahwa yang perlu dimaksimalkan adalah peran aktif si ibu itu sendiri untuk kemudian reclaim kendali tubuhnya," tambah dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI