Suara.com - Selama ini, seseorang dianggap dewasa ketika telah melampaui usia 18 tahun. Namun kini pandangan tersebut sepertinya akan berubah. Peneliti menyebut bahwa sebenarnya kita tidak benar-benar dewasa sampai menapaki usia 24 tahun.
Alasannya, kini banyak anak muda yang memilih melanjutkan pendidikan mereka untuk jangka waktu yang lebih lama dan menunda pernikahan serta memiliki anak. Hal ini disimpulkan oleh ilmuwan dari Royal Children's Hospital di Australia.
Menurut peneliti, rata-rata pasangan menikah untuk pertama kalinya saat mempelai lelaki berusia 32.5 tahun dan mempelai perempuan berusia 30.6 tahun. Usia pernikahan ini mengalami kemunduran delapan tahun dibandingkan pada era 1970-an.
"Ini menunjukkan usia kematangan atau pendewasaan diri seseorang juga mundur dibandingkan beberapa dekade sebelumnya," ujar peneliti utama, Prof. Susan Sawyer.
Untuk itulah Ia menyebut bahwa remaja dianggap dewasa jika telah mencapai usia 24 tahun, bukan 18 tahun. Meski demikian, Susan mengakui bahwa anak-anak saat ini mengalami pubertas yang lebih cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Definisi untuk remaja adalah memasuki usia 10 tahun yang ditandai dengan adanya tanda-tanda pubertas. Namun kini banyak remaja yang mengalami pubertas lebuh awal," tambah dia.
Sementara itu peneliti lain tampaknya tak sependapat dengan pernyataan Susan. Dr Jan Macvarish dari University of Kent mengatakan bahwa hanya karena seseorang belum menikah atah masih menempuh pendidikan, bukan berarti mereka belum dewasa.
"Dewasa adalah fase yang tidak bisa diukur dengan usia. Namun pengalaman hidup dan kemampuan menyesuaikan diri merupakan indikator yang dapat menilai dewasa atau tidaknya seseorang," jelas Jan.