Mereka biasanya menjual kelesan di kawasan keraton (sekarang termasuk dibilangan kampung Masjid Agung dan Masjid Lama Palembang).
Kelesan yang dijual ini sangat laris sekali, dan banyak anak-anak muda asli Palembang yang menjadi pembelinya.
Nah, ketika ingin membeli kelesan, warga biasanya berteriak memanggil si penjual memakai kalimat ”Pek, empek, mampir sini.”
Itulah awal mula kelesan berubah menjadi pempek.
Pek empek merupakan panggilan orang Palembang kepada laki-laki Tionghoa. Seiring waktu, panggilan pek empek makin melekat kepada penjual kelesan.
Alhasil, lama kelamaan, nama kelesan justru tenggelam dan tergantikan oleh ”pempek”.
Namun, di kalangan tertentu di Palembang kekinian, terutama masyarakat asli Palembang, makanan khas ini masih tetap dinamakan Kelesan seperti Kelesan Kerupuk, kelesan lenjar, dan kelesan telor.
Versi Lain
Sejarah pempek yang terdapat dalam buku Akib tersebut, bisa dikatakan sebagai versi lain. Sebab, ada pula yang mengatakan pempek adalah penganan yang kali pertama diperkenalkan oleh warga Tionghoa di Sumsel.
Dalam artikel Suara.com, 20 Juni 2016, berjudul "Mengulik Sejarah Panjang Pempek", disebutkan penganan itu diperkirakan mulai ada sejak masuknya perantau Tionghoa ke Palembang, yaitu sekitar abad ke-16 yakni saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam.
BERITA TERKAIT
Dikelilingi Tempat Wisata dan Pusat Bisnis, Ini Hotel Terbaru di Pusat Kota Palembang
23 Juni 2023 | 07:25 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI