Cerita Nugie dan Kedekatannya dengan Alam Semesta

Senin, 15 Januari 2018 | 09:09 WIB
Cerita Nugie dan Kedekatannya dengan Alam Semesta
Penyanyi sekaligus pencipa lagu Agustinus Gusti Nugroho alias Nugie, yang dikenal pula sebagai pegiat lingkungan. (Suara.com / Risna Halidi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, itu artinya, Agustinus Gusti Nugroho yang akrab disapa Nugie telah menghabiskan tiga jam lebih membagikan pengalamannya pada kegiatan konservasi lingkungan.

Sore itu, ia memang tengah terlibat dan menjadi salah satu pembicara inti dalam acara peluncuran buku mengenai primata langka dari Pulau Borneo--Bekantan, yang digelar beberapa waktu lalu.

Tak lama setelah diskusi publik selesai, Suara.com menghampiri Nugie untuk mengulik lebih dalam mengenai aktivitas dari adik kandung Kanton Bagaskara itu di bidang pelestarian lingkungan hidup.

Nugie mengungkapkan telah didaulat menjadi Suporter Kehormatan WWF sejak 1998. "Dari WWF belum ada di Indonesia dan masih disebut Indonesian Program," kata lelaki kelahiran 31 Agustus 1971 kepada Suara.com.

Baca Juga: Apa Kata Dunia Medis Soal Khasiat Kencing Unta?

Bak pucuk dicinta ulam tiba, Nugie menyambut gembira pinangan WWF kala itu. Katanya, secara naluriah ia memang sudah memiliki kepedulian yang sama.

Hal tersebut juga tercermin lewat judul album trilogi yang Nugie luncurkan yaitu Bumi, Air, dan Udara. "Ketertarikan itu (pada alam) memang sudah lama, karena panggilan. Teman-teman dari WWF kemudian merespon," ceritanya.

Nugie saat menghadiri peluncuran buku tentang Bekantan di Jakarta, beberapa waktu lalu. (Suara.com / Risna Halidi)

Sebagai seorang figur publik, Nugie tak hanya disibukkan dengan kegiatan normatif seperti kunjungan dan diskusi mengenai konservasi. Ia juga dituntut mengerti dan terjun langsung ke lapangan.

Nugie bercerita, selama enam bulan penuh harus kembali belajar untuk mengetahui seluk beluk konservasi di Indonesia dengan segala macam potensi dan permasalahnya.

"Saya juga sekolah di (Taman Nasional) Ujung Kulon. Itu untuk mengenalkan susahnya (konservasi), mengamati habitat yang masih alami namun tidak berkecukupan dengan fasilitas," kata pelantun lagu Burung Gereja itu.

Baca Juga: Wonderwall Jadi Penutup Konser Buru-buru Liam Gallagher

Hampir 20 tahun bergelut di bidang pelestarian lingkungan, Nugie pun secara perlahan mulai menerapkan banyak hal 'ramah lingkungan' pada aktivitas sehari-harinya.

Ia sadar, banyak kebiasaan kecil yang sudah sangat lumrah dilakukan, tapi berdampak besar pada kerusakan lingkungan.

Salah satunya dan tentu saja adalah kebiasaan membuang sampah sembarangan yang sudah kadung mendarah daging di sebagian besar masyarakat Indonesia.

"Kegiatan kita menyampah, luar biasa (parah). Kita tidak bisa menyetop, tapi mengurangi boleh dong," terang Nugie.

Pun kata dia, masyarakat perlu berpikir dua kali untuk membeli sesuatu yang sifatnya instan. "Karena apa yang kita pakai bisa kita perbaiki untuk mengurangi sampah," jelas Nugie.

Maka dari itu, ia rajin mengkampanyekan gerakan Belilah yang baik di mana gaya hidup urban sangat berkontribusi dengan apa yang kita beli, serta kaitannya dengan pelestarian lingkungan.

Bahkan sejak 2009, Nugie sudah memobilisasi dirinya sendiri dengan bersepeda kemanapun pergi. Tak tangung - tanggung, jaraknya bisa sampai 22 km hingga 24km dari satu lokasi ke lokasi lain.

Saat ditemui Suara.com di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, pun Nugie datang menggunakan sepeda lipat dari Bintaro yang berjarak 10 km. "Tadi perjalanan 25 menit dan itu sudah jalan santai," ucapnya bangga.

Ia memiliki visi bahwa kelak Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memegang kehidupan paling alami, damai, dan beradab di muka bumi. "Sulit, tapi jalannya ada," tutup Nugie mengakhiri perbincangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI