Pacu Adrenalin di Skylodge Purwakarta, Tertinggi di Dunia

Selasa, 09 Januari 2018 | 10:15 WIB
Pacu Adrenalin di Skylodge Purwakarta, Tertinggi di Dunia
Inilah Skylodge di Purwakarta yang merupakan hotel gantung tertinggi di dunia. (Foto: Dok. Skylodge Purwakarta)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nama Gunung Parang, Purwakarta, sejak dulu memang sudah dikenal sebagai kawasan panjat tebing yang kepopulerannya sudah sampai mancanegara. Gunung ini bahkan disebut memiliki via ferrata tertinggi di Asia Tenggara.

Belakangan, bukan hanya para pecinta alam yang datang untuk menguji adrenalinnya, menaiki satu demi satu via ferrata atau tangga besi yang ditanam di sepanjang dinding tebing, tapi juga wisawatawan yang penasaran untuk mengunjungi hotel gantung (skylodge) tertinggi di dunia.

Ya, kini Gunung Parang dilengkapi sebuah fasilitas hotel bergantung setinggi 500 meter, yang bisa dicoba bagi siapapun penyuka tantangan. Penasaran seperti apa? Suara.com pun bergegas untuk mencobanya.

Bukit batu andesit raksasa setinggi 1000 meter ini memang punya pesona mengagumkan dengan komposisi pemandangan yang sangat unik. Selain dikelilingi dengan persawahan, gunung ini sering diselimuti kabut tebal yang hilang timbul, buat siapapun penasaran ingin menaklukannya.

Membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi saat merayapi satu persatu tangga besi menuju Skylodge di Gunung Parang, Purwakarta. (Foto: Suara.com)

Pukul 13.00 WIB kami tiba tepat di kaki Gunung Parang. Saat itu, cuaca memang sedang tak bersabahat. Hujan disertai angin super kencang sempat membuat kami ragu untuk menjajal via ferrata yang akan membawa kami ke hotel mewah tersebut.

Setelah menunggu hujan dan angin kencang mereda untuk alasan keamanan selama dua jam, tepatnya pukul 15.00 WIB, Ipul, operator via ferrata yang akan mendampingi kami, siap untuk memasangkan perlengkapan keamanan atau harness. Ini pertanda bahwa perjalanan kami menuju skylodge dimulai.

Sebelum mendaki tebing sisi gunung, kami semua mendapatkan instruksi untuk penggunaan alat bantu yang akan kami gunakan. Kaki mulai menginjak tangga besi, satu demi satu via ferrata kami lalui.

Pemandangan indah dengan bukit-bukit batuan andesit yang mengelilingi Gunung Parang dsetelah memanjat Via Ferrata setinggi 200 meter. (Suara.com/Dinda Rachmawati)

Via ferrata bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi mereka yang tidak terbiasa dengan ketinggian. Kita harus memiliki fokus yang sangat tinggi merayapi satu persatu tangga besi. Tak hanya itu, konsentrasi pun terpecah saat harus memindahkan cincin kait setiap jarak 2,5 meter dari pasak besi yang tertanam di tebing.

Ditambah lagi, di beberapa puluh meter pertama, perjalanan kami pun mulai disertai angin kencang. Kami sempat menghentikan perjalanan beberapa saat, bergelantung di atas tebing.

Tubuh kami hanya pengandalkan ikatan harness dan sling pengaman dengan cincin besi yang dikaitkan pada via ferrata.. Tangan pun mulai gemetar, tapi tangga besi di depan kami tetap harus kami pegang.

Syukurlah, angin kencang mulai sedikit mereda. Perjalanan pun kami lanjutkan. Pasi di wajah kami perlahan hilang, tergantikan dengan semangat.

Memanjat Via ferrata bukanlah hal mudah, apalagi bagi mereka yang tidak terbiasa dengan ketinggian. Kita harus memiliki fokus yang sangat tinggi merayapi satu persatu tangga besi menuju Skylodge. (Suara.com)

Kami sudah bisa beradaptasi dengan ketinggian dan keindahan pemandangan dari tebing pun membuat kami mulai menikmati via ferrata pertama kami. Tak terasa, kami sudah mencapai ketinggian 200 meter, yang ditandai dengan tanah lapang untuk kami beristirahat sejenak.

Dari sini, kami sudah bisa melihat hijaunya pemandangan dengan bukit-bukit batuan andesit yang mengelilingi Gunung Parang. Dari kejauhan, terlihat pula megahnya waduk jatiluhur, lengkap dengan deretan karamba.

Sungguh luar biasa ciptaan Tuhan, membuat kami terus mengucap syukur. Setelah puas berfoto, perjalanan pun kami lanjutkan. Kami harus melalui via ferrata lagi setinggi 200 meter yang seluruhnya bisa dihabiskan dengan waktu dua jam.

Matahari pun mulai terbenam berganti dengan kegelapan, tepat saat kami menginjak via ferrata terakhir untuk mencapai hotel gantung.  Tapi tunggu dulu, perjalanan belum selesai, karena kami harus menyeberang dengan tali tyrolean sejauh 20 meter untuk sampai di skylodge yang tepat berada di seberang kami.

Bagian dalam Skylodge di Purwakarta dengan fasilita lengkap standar keamanan internasional (Foto:  Dok. Skylodge Purwakarta)

Akhirnya, setelah melalui perjalanan panjang yang memerlukan keberanian, rasa lelah kami seakan terbayarkan saat menginjakkan kaki di skylodge berukuran enam meter dengan lebar sisi 2,5 meter ini.

Skylodge ini mulai digagas sejak akhir 2014 oleh masyarakat penggiat panjat tebing sekaligus operator via ferrata Badega Gunung Parang. Sama seperti hotel-hotel pada umumnya, fasilitas di dalamnya pun sudah cukup lengkap, mulai dari kasur angin, wastafel, toilet, televisi, AC, pemanas makanan dan air, juga dispenser.

Ruangannya minimalis juga tertata rapi dan cantik, lengkap dengan lampu penerangan dan listrik yang diambil dari Desa Pesanggrahan.

"Kapasitas idealnya paling banyak untuk lima orang. Kalau mau ke sini, persiapannya paling bawa air dan latihan lari dulu biar kakinya kuat," kata Ipul menjelaskan.

Rencananya, masih akan dibangun sembilan buah skylodge lainnya di berbagai titik ketinggian. Tentunya, semua menawarkan pemandangan yang eksotik dengan fasilitas standar hotel.

Bagi Anda yang menyukai petualangan memacu adrenalin, skylodge ini bisa menjadi destinasi liburan Anda dengan harga Rp4 juta per malamnya. Tidak perlu khawatir jatuh, karena semua fasilitas di sini mengikuti standar keamanan internasional. Berikut video saat suara.com menjajal petualangan seru yang mendebarkan menuju Skylodge Gunung Parang, Purwakarta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI