Suara.com - Resolusi biasa dipersiapkan untuk menyambut tahun baru. Jika Anda sedang menjalin hubungan, di tahun depan Anda tentu berharap yang terbaik untuk hubungan Anda dan pasangan.
Lantas, apa resolusi yang bisa Anda dan pasangan lakukan di 2018? Berikut ada lima resolusi yang bisa membuat hubungan Anda lebih bahagia dan sehat, yang dibuat oleh terapis dan konselor pernikahan dilansir Huffington Post.
1. Berpisahlah dengan telepon genggam Anda
Winifred Reilly, terapis pernikahan dan keluarga di Berkeley, California mengatakan bila Anda menghabiskan waktu bersama, sebaiknya jauhi telepon genggam.
Lebih baik diam dan matikan saat Anda menghabiskan waktu bersama pasangan atau keluarga. Cobalah menghabiskan akhir pekan bebas teknologi. Mungkin lebih sulit dari yang Anda pikirkan, tapi ini akan berdampak besar untuk hubungan Anda.
2. Berkomitmen menjadi orang yang lebih baik
Isiah McKimmie, terapis pasangan dan seksolog di Melbourne, Australia mengatakan seringkali dalam suatu hubungan, kita fokus pada apa yang diinginkan dari pasangan dan bagaimana kita berharap mereka berperilaku pada kita.
"Ketika kita berbicara tentang perubahan, ini sering berfokus pada bagaimana pasangan kita bisa melakukannya dengan benar atau apa yang tidak kita dapatkan dari mereka," jelasnya.
Nah, di tahun depan, cobalah untuk berfokus pada apa yang bisa saling Anda berikan pada pasangan. Ini penting untuk dilakukan agar hubungan menjadi semakin kuat dan harmonis. Resolusi ini membuat Anda memusatkan perhatian pada apa yang dapat Anda berikan kepada pasangan Anda.
3. Saling memperlakukan dengan baik
Diane Spear, terapis pasangan di New York City mengatakan pasangan sering memperlakukan teman atau bahkan lebih banyak lagi orang dalam kehidupannya dengan sangat baik daripada memperlakukan pasangannya sendiri.
"Seberapa sering Anda berdebat dengan pasangan di restoran, tapi ketika pelayan datang ke meja, Anda bisa memberikannya senyuman? Mengapa hal serupa tak dilakukan terhadap pasangan?" tanyanya.
Resolusi ini menurut Spear, memberikan pemahaman bahwa kebaikan seharusnya tetap berjalan meski menghadapi perbedaan pendapat yang dialami semua pasangan.
4. Berbagi cerita masa lalu
"Buat poin untuk bertukar cerita tentang masa lalu Anda dan pasangan. Seperti Saat pertama kali berkencan, Anda bersemangat untuk berbagi dan mendengar cerita satu sama lain, karena rasanya senang mengetahui segala hal tentang pasangan dan benar-benar saling memahami," jelas Ryan Howes, psikolog di Pasadena, California.
Sayangnya kebiasaan ini, lanjut dia, sering beralih karena stres sehari-hari dan Anda maupun pasangan menjadi berhenti berbagi cerita. Untuk mencairkan kebekuan ini, Howes menyarankan membuat permainan untuk mengajukan pertanyaan paling menarik tentang masa lalu, dan Anda berdua bisa menjawabnya.
"Misalnya, apa mainan favorit Anda saat berusia 5 tahun? Seperti apa guru kelas tiga Anda? Siapa orang yang Anda taksir pertama kalinya?" terangnya memberi contoh.
Menurut Howes, saat memberi pertanyaan untuk memancing pasangan agar bercerita tentang masa lalunya, tidak perlu mempermasalahkan apa pertanyaanya. Yang terpenting justru dari situ, baik Anda maupun pasangan bisa saling memahami saat menyelami masa lalu masing-masing.
5. Saat tidak setuju, bicaralah bergiliran dan benar-benar mendengarkan
Marcia Naomi Berger, terapis pasangan di San Rafael, California menyarankan untuk menjadikan tahun depan sebagai tahunnya Anda lebih pintar tentang argumen.
"Ketika salah satu dari Anda menyatakan sudut pandang Anda, yang lain akan mengatakan apa yang dia dengar, lalu tanyakan apakah mereka berhasil melakukannya. Begitu pembicara pertama mengatakan 'ya,' yang lain harus menyatakan posisinya sendiri dan didengarkan," tuturnya.
Saat kondisi ini terjadi, lanjut Berger, bisa jadi Anda tergoda untuk mengajukan bantahan daripada benar-benar mendengarkan. Namun, perlu diingat bahwa mendengar bukan berarti Anda setuju.
"Teknik mendengarkan yang aktif sangat bermanfaat karena ini memupuk keintiman emosional. Bila kebanyakan pasangan benar-benar menginginkannya bukanlah untuk memenangkan sebuah argumen, tapi untuk merasa dimengerti," jelasnya.