Hary mengatakan, tercatat 10 wisatawan mancanegara dan satu rombongan penyandang tuna rungu yang mengunjungi museum pascaperesmian.
Hary dan tim konten Museum Gedung Sate merasa optimistis akan perkembangan materi di Museum Gedung Sate.
“Tim memang merancang materi museum ini untuk dapat terus tumbuh sesuai dengan penemuan-penemuan fakta sejarah baru mengenai Gedung Sate dan atau peristiwa bersejarah yang melatarbelakanginya,” katanya, menanggapi beberapa pertanyaan pengunjung mengenai ‘celah’ sejarah di masa setelah pembangunan Gedung Sate.
Ingin Nyaman, Simak Ini!
Pada prinsipnya, Museum Gedung Sate disiapkan untuk dapat dinikmati semua kalangan. Namun, ada kondisi psikis dan kesehatan tertentu yang perlu mendapatkan perhatian demi kenyamanan pengunjung sendiri.
“Bagi para pengidap penyakit kelainan jantung, vertigo, darah tinggi, dan acrophobia (phobia ketinggian), disarankan untuk tidak mencoba wahana virtual reality (VR) balon udara. Beberapa pengunjung yang nekat mengalami pusing usai mencoba VR,” kata Hary.
Budaya antre juga menjadi perhatian pengelola museum. Hary merasa, masyarakat Jawa Barat juga perlu memahami perihal antre, karena khusus grup (lebih dari lima orang), pengelola sangat amat menyarankan untuk reservasi terlebih dahulu.
“Untuk waktu operasional, pukul 09.30 -16.00 WIB. Buka tiap hari, Senin dan hari besar nasional libur. Untuk jadwal kunjungan, reservasi, dan informasi sila hubungi call center Museum Gedung Sate (022) 4267753 (jam dan hari kerja),” katanya.
Museum Gedung Sate diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan (Aher) dan Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar, Jumat (8/12/17). Dengan biaya Rp11,5 miliar, Museum Gedung Sate menyajikan tema sejarah, yang dikemas dalam sensasi teknologi digital dan interaktif.