Suara.com -
Model cantik asal California, Lauren Wasser, tidak menyangka pemakaian tampon saat menstruasi membuatnya kehilangan salah satu kakinya akibat infeksi dari pemakaian tampon tersebut.
Lauren mengalami kejadian fatal dari Toxic Shock Syndrome (TSS) yang disebabkan oleh tampon pada tahun 2012, hingga dia berpikir tidak akan pernah menjadi model lagi. Namun, sejak saat itu, perempuan 28 tahun tersebut menjadi juru kampanye yang rajin mengajari anak perempuan tentang bahaya TSS. Demikian laporan The Sun.
Lauren pun menceritakan mengenai peristiwa tragis yang dialaminya pada Oktober 2012 lalu. Saat berusia 24 tahun, Laura yang tengah menstruasi dan kehabisan tampon, lalu pergi ke toko setempat untuk membelinya. Ketika kembali ke apartemennya, dia mengganti tamponnya dan berbaring di tempat tidur sambil mengirim SMS ke teman-temannya tentang pesta ulang tahun yang akan mereka lewati malam itu.
Model dengan tinggi 180 cm itu mulai merasa tidak sehat, tapi dia mengira hanya terkena flu saja.
Baca Juga: No Wori, Celana Dalam Antipembalut Ramah Lingkungan
"Awalnya seperti flu saja, saya merasa mual dan kepala saya berdebar-debar," kata Laura kepada Style Like U.
Saat itu, dia merasa kurang enak badan. Dia kemudian memeriksakan diri ke rumah sakit. Menurut dokter, dia hampir kehilangan nyawanya karena suhu tubuhnya saat tiba di rumah sakit sudah mencapai 107 derajat.
Laura pun didiagnosa dokter terkena TTS, infeksi bakteri yang terjadi akibat pemakaian tampon terlalu lama. Infeksi yang dialaminya sudah begitu serius sehingga menyebabkan berbagai masalah kesehatan mulai dari gangrene (kematian pada jaringan yang terjadi karena kehilangan suplai darah), luka pada kaki kiri hingga amputasi pada kaki kanannya. Amputasi pada kaki kanannya harus dilakukan agar nyawanya bisa diselamatkan.
"Saya rasanya ingin bunuh diri saat sudah pulang ke rumah. Tiba-tiba saja tidak punya kaki, saya duduk di kursi roda, kakiku hanya separuh. Saya bahkan tidak bisa berjalan ke kamar mandi, hanya di tempat tidur, tidak bisa bergerak. Aku merasa dinding kamar itu adalah penjara," ungkapnya.
Lauren mengalami depresi karena kondisinya sekarang terjadi akibat pemakaian tampon. Padahal, dia selalu memerhatikan kebersihan saat sedang datang bulan dengan mengganti tampon tiga kali dalam sehari.
Baca Juga: Ingat, Wajib Ganti Pembalut 3-6 Kali Sehari Saat Haid!
Merasa dirugikan, Lauren pun kini mengajukan gugatan pada brand tampon yang menyebabkan dia kehilangan salah satu kakinya. Dia juga menyerukan agar brand tersebut mengganti bahan tampon sehingga aman digunakan. Selain itu, dia juga berharap pengalamannya menjadi pelajaran untuk sesama perempuan lainnya mengenai risiko pemakaian tampon.
"Jika aku tahu tentang TTS, aku tidak akan pernah memakai tampon," tandasnya. (News.com.au)