Perpustakaan Jadi Tak Kaku Lagi lewat PerpuSeru

Minggu, 17 Desember 2017 | 14:35 WIB
Perpustakaan Jadi Tak Kaku Lagi lewat PerpuSeru
Lewat PerpuSeru, perpustakaan jadi tak kaku lagi. (PerpuSeru)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Program PerpuSeru yang diselenggarakan Coca-Cola Foundation Indonesia dengan dukungan Bill & Melinda Gates Foundation, telah mengunjungi 58 perpustakaan daerah di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Wakatobi hingga Ambon.

PerpuSerumerupakan program yang mengembangkan perpustakaan umum menjadi pusat belajar masyarakat yang memberikan pelayanan berbasis teknologi informasi. Selama 2017, dampak kehadiran PerpuSeru sudah dirasakan pada 3 pilar pembangunan sumber daya manusia melalui program menciptakan entrepreneur, inovasi, dan transformasi.

Chief Executive Coca-Cola Foundation Indonesia, Titie Sadarini mengatakan, kehadiran PerpuSeru di daerah tidak terlepas dari kerja sama dan peran penting dari Perpustakaan Daerah setempat.

Salah seorang staf Perpustakaan Daerah Kotawaringin Barat Pangkalan Bun, Yenny Feridha, mengungkapkan perpustakaan memiliki peran strategis seperti mendukung pendidikan hingga pemberdayaan untuk kemajuan sosial dan ekonomi masyarakat.

Baca Juga: Selain Tempat Baca Buku, Perpustakaan Kini Ubah Sosial Ekonomi

"Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ini turut berdampak pada modernisasi perpustakaan dengan layanan digital agar dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Namun bagi kami yang tinggal di daerah, memperoleh sarana TIK yang memadai dan program pemberdayaan di perpustakaan kami cukup sulit. Perpustakan Daerah Kotawaringin Barat beruntung mendapat dukungan dari PerpuSeru, sehingga daerah kami mulai bermunculan entrepreneur baru dan tercipta lapangan kerja dan ekonomi yang lebih baik," ujar Yenny.

Salah satu sosok yang mendapatkan manfaat langsunv hadirnya perpustakaan adalah Sulistioningsih. Sulistioningsih yang tinggal di Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan, merupakan seorang petani budidaya bawang dayak yang dapat digunakan sebagai obat herbal.

Hal itu berawal dari penyakit diabetes yang diderita Sulistioningsih. Ia kemudian mencari infomasi seputar tanaman lokal apa yang bisa membantu menyembuhkan penyakitnya lewat perpustakaan di kota asalnya, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Sulistioningsih kemudian belajar cara memanam, mengonsumsi sebagai obat serta mengenal berbagai macam tanaman herbal lainnya lewat membaca buku dan di pencarian internet.

Baca Juga: Keren! Perpustakaan Tertinggi Dunia Ada di Indonesia, Ini Isinya

Setelah dinyatakan sembuh, beliau kemudian terus menekuni dan mempelajari tanaman herbal hingga pada akhirnya menjadikan kesempatan tersebut sebagai peluang usaha.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI