"Kalau diminta berubah, mereka seperti berpikir apakah hasil karyanya akan laku. Itu menjadi ketakutan utama mereka ketika diminta sedikit berubah," jelasnya.
Berubah, bukan berarti beralih metode dari tulis tangan atau cap ke metode printing. Melainkan, lebih kepada padu padan warna serta motif yang lebih disesuaikan agar bisa dipakai anak muda.
"Memang tantangannya bagaimana kekhasan dari motif batik di daerah itu ada pembaharuan agar anak muda tetap mau memakai batik khas entah mengubah warna atau motif lebih sederhana," imbuhnya.
Saat situasi seperti ini, Oscar menganggap apa yang terjadi di dunia batik perlu melakukan sedikit penyesuaian untuk kebutuhan pasar. Meski begitu, Oscar juga ingin ada orang-orang yang mau mempertahankan kerumitan proses pembuatan batik yang otentik.
Baca Juga: Cara Oscar Lawalata Bawa Batik Mendunia
Ketika ditanya mengenai eksistensi batik printing, Oscar mengakui perlu adanya edukasi di masyarakat bahwa batik yang dibuat proses printing berbeda dengan batik yang dibuat lewat metode tulis atau cap.
"Karena sekali lagi, batik merupakan proses, bukan motif," imbuhnya.
Lalu, apakah Oscar menganggap batik printing telah menjadi acamanan bagi para perajin batik?
"Iya, bisa dibilang begitu," tandasnya.
Baca Juga: Nafas Asia di Tangan Oscar Lawalata