Suara.com - Panggung Jakarta Fashion Week (JFW) 2018 diramaikan oleh para desainer muda yang memiliki kreatifitas dan bakat luar biasa, untuk memberikan napas baru dalam industri mode Indonesia.
Ini terlihat dari penampilan sembilan desainer muda, yang berasal dari sekolah tinggi desain LaSalle College Jakarta. Mereka merupakan talenta baru, yang patut diperkenalkan pada dunia. Mereka memiliki rancangan yang unik dan konsep global, tapi tak lupa memasukkan lebih banyak nilai tradisional di dalam karyanya.
Pada hari ketiga gelaran JFW 2018, kesembilan desainer muda, yang beberapa di antaranya sedang menyelesaikan tugas akhir dan sudah memiliki brand fesyen yang menjanjikan ini, tampil dalam show bertema "Prelude".
Masing-masing dari mereka memiliki cara yang unik dalam menafsirkan ide, sehingga menciptakan karya-karya segar dan baru. Sebut saja, Edita Aurelia, mahasiswi desain mode ini sangat tertarik dengan couture yang terinspirasi dari alam dan mengembangkan final capsule collection yang terdiri dari lima set busana bertema "Winter Wonderland".
Seperti namanya, busana rancangan Edita terinspirasi dari salju, stalaktit dan binatang bulu di Arktik, dengan menggunakan manik, sentuhan brokat dan pompom.
"Saya menampilkan koleksi yang terinspirasi dari bunga randa tapak atau Dandelion, dengan teknik sarang lebah dari kain organza, smocking untuk membuat efek 3D dan pompom dari kain tile, yang dipadukan dengan warna gradasi kuning," cerita Devi Indriani, salah satu siswa yang juga memamerkan karyanya.
Ada pula Mayenda, yang menampilkan rancangan yang terinspirasi dari Uis Gara (nama kain tradisional dari Batak Karo), yang berorientasi pada desain dramatik dan couture. Dalam koleksi ini, ia bermain pada bordir bunga emas, foil emas dan kain tradisional.
Berbeda dengan teman satu sekolahnya, Rashesa Sabrina menampilkan koleksi yang menggambarkan kekuatan gelombang tsunami yang dituangkan dalam bentuk teknik patchwork dan shibori. Sementara, Regina Hema Shena memamerkan koleksi yang menjadi tugas akhirnya, yang bertema "Senja".
Koleksi ini menceritakan keindahan ombak di pinggir pantai saat matahari terbenam. Dia menggunakan treatment pleats yang dibentuk menyerupai gelombang ombak dan permainan manik.
"Saya akan menunjukkan koleksi berjudul L'or yang berarti emas dalam bahasa Prancis. Idenya berasal dari kain tradisional Sumatera Barat, yakni songket Pandai Sikek," ungkap Tiza Azzahra mengenai koleksinya.
Desainer muda lain yang tak kalah hebat ialah Tee yang mempersembahkan koleksi batik, yang terinspirasi oleh filosofi batik Tambal Sewu. Koleksinya hadir dengan potongan clean dan simpel, dengan kesan modern dan stylish.
Sedangkan Putri Nugreni, memilih koleksi yang terinspirasi dari fenomena alam Aurora Borealis untuk penampilannya di JFW 2018. Gaun elegan yang sangat feminin ini hadir dengan berbagai material, sepertu drape tulle, flounce tulle dan organza dan crystal beading sebagai simbol dari rose window dan fenomena alam tersebut.
Berbeda dari koleksi lainnya, Selphie Usagi, salah satu siswi menghadirkan busana pengantin yang elegan dan feminin. Koleksi ini, kata dia terinspirasi dari mawar putih, dengan beberapa bahan, seperti tille transparan yang menggambarkan kejujuran, brukat bunga yang menunjukkan sisi kewanitaan dan sifon yang mewakilkan kelembutan.
"Tiga sifat yang harus dimiliki seorang perempuan dalam pernikahannya," tutup Selphie Usagi.