Suara.com - Mengunjungi Kota Batu, Malang, belum lengkap rasanya jika tidak menjelajah kuliner khas kota yang mendapat julukan Swiss kecil di tanah Jawa ini. Salah satu destinasi kuliner yang bisa Anda jajal saat menjejakkan kaki di Kota Batu adalah Warung Khas Jawa.
Sesuai namanya, tempat makan ini memang mengusung konsep warung sederhana. Sukarli Arif (75), pemilik warung yang dibuka sejak 1985 silam ini.
Meski sederhana, Warung Khas Jawa ini tak pernah sepi pembeli. Bahkan, pejabat daerah maupun pusat seperti Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah bertandang ke warung yang menawarkan 25 jenis menu makanan ini.
Sukarli mengaku, bahwa kunci kenikmatan dari menu makanan di warung ini adalah tetap menjaga keaslian menu dan tidak menambahkan penyedap rasa (micin) ke dalamnya.
Baca Juga: Selain Cwie Mie, Cicipi Lima Jajanan Tradisional Malang Ini
"Sebenarnya masakan jawa itu aslinya nggak ada vetsin. Orang-orang menambahkan vetsin untuk mengurangi bumbu. Jadi ini bedanya, kami tidak pakai vetsin dan semua bahan kami fresh langsung dari pasar lalu diolah," ujar Sukarli di sela-sela kunjungan Peserta Jelajah Gizi 2017 di Batu, Malang, belum lama ini.
Sukarli sebenarnya tak punya keahlian khusus sebagai juru masak. Dia adalah lelaki lulusan elektro yang kemudian banting setir di bidang kuliner. Kemampuan meracik bahan makanan dipelajarinya dari sang ibu.
Meski menyandang nama Warung Khas Jawa, Sukarli menjelaskan, menu makanan di restorannya lebih mengarah ke Jawa Tengah. Yaitu memadukan rasa manis, asin dan pedas. Keunikan rasa ini pula yang menurut Sukarli menjadi daya tarik Presiden Jokowi untuk mampir ke warungnya.
"Presiden Jokowi saat datang ke sini mengatakan bahwa dia menemukan masakan Solo, sehingga mengobati kerinduannya terhadap masakan sang ibu," jelas Sukarli.
Baca Juga: Mencicipi Restoran Manado Agnez Mo
Suara.com pun berkesempatan menjajal beberapa menu masakan yang ada di Warung Khas Jawa. Puluhan menu masakan terpampang di bagian depan warung, dan pengunjung bisa langsung memilih lauk pauk dan sayuran, lalu membawanya ke area tempat duduk.
Ada dua gorengan yang mungkin tak akan Anda temui di belahan kota Jawa lainnya, yakni Mendol dan Menjes. Keduanya sama-sama terbuat dari kedelai. Sekilas tampilannya mirip tempe, namun begitu melesat di lidah, Anda akan merasakan perbedaannya.
Sukarli menjelaskan, mendol adalah tempe yang dihancurkan lalu diolah dengan campuran jeruk nipis dan cabai. Setelah dicampur, adonan tempe lalu dicetak lonjong dan digoreng hingga kering.
"Kalau Menjes itu terbuat dari minyak kacang tanah, ampasnya yang dipakai. Lalu dilumuri tepung, dan dicetak baru digoreng tidak perlu sampai kering. Biasanya menjes untuk pendamping makan rawon," tambah Sukarli.
Selain gorengan, nasi rawon dan nasi campur juga menjadi primadona di Warung Khas Jawa. Nasi rawon merupakan sup daging yang berkuah hitam sedangkan nasi campur terdiri dari nasi dan aneka lauk pauk seperti mi goreng, buncis, kering tempe, serundeng, dan sambal goreng kentang.
Sukarli memastikan, harga menu yang ditawarkan warung miliknya cukup terjangkau, yakni mulai dari Rp15 ribu hingga Rp40 ribu. Seporsi Nasi Campur Khas Jawa dibanderol Rp40 ribuan, sedangkan semangkuk Nasi Rawon dibanderol Rp45 ribuan saja.
Selain menu-menu di atas, pengunjung juga bisa menikmati menu lain yang tak kalah nikmat, seperti rawon, sup buntut, soto babat, dan nasi Bali. Bagi Anda yang berencana mengunjungi kota Batu, jangan lewatkan untuk mencicipi menu kuliner khas Jawa di warung yang berlokasi di Jalan Diponegoro, Kelurahan Sisir, Kota Batu, Jawa Timur dan buka mulai pukul 07.00 WIB hingga 20.30 WIB.